Sukses

Google Keluar, Pencarian Istilah Sensitif Naik

Semenjak Google menghentikan sensor di Cina, pencarian terhadap istilah-istilah politik melalui Internet yang dinilai sensitif mencapai puncaknya.

Liputan6.com, Hongkong : Semenjak Google menghentikan sensor di Cina, pencarian terhadap istilah-istilah politik melalui Internet yang dinilai sensitif mencapai puncaknya . Pencarian untuk kata-kata seperti 'Tiananmen', 'Falun Gong', dan 'korupsi' meningkat lebih dari sepuluh kali pada Selasa (23/3), ketika Google menyediakan hasil pencarian bebas sensor berbahasa Chinanya.

Tetapi beberapa hari kemudian pencarian kata-kata tersebut menurun karena kebanyakan orang Cina tidak berminat mencari hal-hal berbau politik dan juga karena laman berbasis Hongkong itu masih diblok di Cina. Ketika diuji selama akhir pekan dari beberapa kota di Cina, pengguna yang mencari kata Tianamen atau bahkan nama-nama para pemimpin Cina, secara misterius tidak bisa mengakses laman google.com.hk selama beberapa menit.

Padahal dengan menggunakan mesin pencari lokal Baidu, yang tetap menyensor hasil pencariannya, tidak ada masalah sama sekali, apa pun yang dicari. "Saya dengar Google meninggalkan Cina. Tetapi saya tidak peduli. Mengapa saya harus peduli? Saya bisa menggunakan Baidu," kata Xiong Huan (27) seorang insinyur piranti lunak di Shenyang.

"Dan sekarang tidak ada banyak perubahan di Google, selama kamu tidak mencari informasi yang sensitif," ia menambahkan. Walaupun demikian, sejumlah orang mengambil kesempatan di hari pertama layanan bebas sensor Google beroperasi. Sekitar 2,5 juta pencarian yang mengandung nama 'Tianamen' dan sekitar 4,7 juta pencarian untuk kelompok agama terlarang 'Falun Gong', menurut perkiraan berdasarkan Google Trends dan Google Keyword Tools Box.

Tetapi itu hanya jumlah kecil dibandingkan dengan 400 juta pengguna Internet di Cina dan aktivitas pencarian kembali ke tingkat rata-rata beberapa hari kemudian. Pencarian untuk 'Google' dalam bahasa Inggris dan Cina jauh lebih populer, total 20 juta pencarian pada Selasa silam. Itu menunjukkan keprihatinan orang lebih kepada kelanjutan mereka mengakses Google di masa depan dari pada kemampuan mereka mengakses isu-isu politik. Beberapa komentar di situs jejaring sosial mendukung Google: "Akan dihapus dalam beberapa detik," kata Oiwan Lam (38), wartawati independen dan periset ahli soal media-media independen di Cina.

The China Digital Times melaporkan bahwa Kantor Dewan Informasi Negara Cina telah memerintahkan semua situs baru untuk "berhati-hati mengelola pertukaran informasi, komentar, dan sesi interaktif lainnya" dan "membersihkan teks, gambar, suara, dan video yang mendukung Google, mengirimi Google bunga, meminta Google untuk tetap tinggal, menyemangati Google, dan lain-lain yang berbeda dengan kebijakan pemerintah." Cina secara rutin membiarkan peliputan berita tentang topik-topik sensitif tetapi pelarangan terkait Google sangat keras. Javen Yang (27) seorang pemilik web site dari Guangzhou mengatakan para pekerjanya telah diinstruksikan untuk menghapus semua komentar tentang Google, Jumat (26/3).

"Kami telah disuruh menghapus semua postingan yang berkaitan dengan 'beberapa perusahaan Amerika yang meninggalkan Cina' oleh atasan yang biasa menerima perintah dari pemerintah," ia menjelaskan. Kantor Dewan Informasi Negara Cina tidak bisa dihubungi untuk mengomentari.

Sementara perbincangan elektronik lokal dikontrol dengan ketat oleh pemerintah menyebabkan perbedaan yang jelas antara jaringan lokal dan luar negeri menanggapi kepergian Google. 'Tianya.cn', sebuah forum Internet paling populer di Cina, hanya mempunyai beberapa postingan yang menyebut Google, sabtu (27/3). Semuanya bernada netral dan negatif.

Beda halnya dengan pengguna Twiiter Cina yang merayakan keputusan Google menyediakan hasil pencarian bebas sensor. Twitter sangat nyaring menolak kebijakan sensor Cina. Begitu pun Facebook dan YouTube yang tidak bisa diakses dari Cina daratan tanpa menggunakan piranti lunak khusus.

Intinya, langkah Google akan menciptakan sedikit perubahan bagi rata-rata rakyat Cina. Bahkan jika warga Cina bisa mengakses Google bebas sensor, sangat susah bagi mereka untuk membaca halaman yang dilarang oleh pemerintah. Laman domestik dengan mudah dibungkam tetapi laman luar negeri dihalangi dengan 'firewall' yang sangat rumit.

"Walaupun Google tidak lagi melakukan sensor, orang tidak bisa mengakses berita yang sensitif. 'The Great Firewall' tetap ada," kata Nyonya Lam. Pemerintah Cina tidak pernah mengakui adanya firewall atau kebijakan sensor kepada organisasi jurnalis dan website.

Tidak seperti negara lain yang menyaring akses Internet, Cina tidak pernah memberitahu ketika memblok sebuah laman, yang diketahui cuma sambungan bermasalah, sama ketika terjadi masalah dengan jaringan. Pada akhirnya ketidakpedulian kelihatannya lebih efektif dari pada firewall manapun.

"Saya tidak cemas Google akan benar-benar diblok di Cina," kata Luo Peng, seorang pedagan di Beijing, Cina. "Sama seperti YouTube dan Facebook, hidup saya baik-baik saja tanpa mereka. Saya masih bisa menggunakan layanan lain yang tersedia," pungkasnya kemudian.(ARI/Ant)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.