Sukses

Energi Indonesia Paling Boros

Intensitas penggunaan energi di Indonesia mencapai angka 400 atau empat kali lebih besar dibanding Jepang. Indonesia juga masih lebih boros ketimbang negara-negara di Amerika Utara yang mencapai angka 300. Kenaikan TDL boleh jadi beralasan.

Liputan6.com, Jakarta: Krisis energi tampaknya masih menjadi persoalan tak berkesudahan pemerintah Indonesia. Satu solusi yang tengah didengungkan saat ini adalah mematok kenaikan tarif dasar listrik dalam waktu dekat. Bagi anggota DPRD Kota Bekasi Aryanto Hendrata, semestinya rencana tersebut turut tertuang dalam pidato kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di depan anggota DPR/MPR, Senin (16/8). Namun kenyataannya, tidak.

Meski bukan solusi satu-satunya, namun langkah menaikkan TDL diyakini bisa menyeimbangkan antara kebutuhan dan pasokan—setelah Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Penghematan Energi yang mulai berlaku sejak 10 Juli 2005 tak membuahkan hasil. Dari waktu ke waktu kebutuhan makin berjalan tak imbang dengan ketersediaan.

Menurut data Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pada akhir Juni silam, keseimbangan antara ketersediaan energi dan kebutuhan memang sulit terjadi. Sebab menurut peneliti Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan (P3TL) BPPT Widiatmini Sih Winanti, Indonesia memang paling boros energi.

Intensitas penggunaan energi di Indonesia mencapai angka 400 atau empat kali lebih besar dibanding Jepang. Indonesia juga masih lebih boros ketimbang negara-negara di Amerika Utara yang mencapai angka 300. Angka tadi diukur berdasarkan parameter mengukur tingkat pemborosan energi di suatu negara berupa intensitas energi dan elastisitas energi.

Merujuk data Konservasi Energi Nasional pada Februari 2004, elastisitas energi Indonesia terhitung tinggi: 1,04-1,35 dalam kurun waktu 1985-2000. Angka ini jauh lebih tinggi dibanding elastisitas energi negara-negara maju pada tempo yang sama, yakni 0,55-0,65. Dengan dua parameter ini, Indonesia tercatat sebagai salah satu negara terboros di dunia.

Intensitas energi adalah perbandingan antara jumlah konsumsi per Produksi Domestik Bruto (PDB). Sementara elastisitas energi adalah perbandingan antara pertumbuhan konsumsi energi dengan pertumbuhan ekonomi. "Jadi, semakin kecil intensitas dan elastisitas, semakin efisien suatu negara," kata Widiatmini.(EPN/Puspiptek)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.