Sukses

WhatsApp: Pesan Instan Terpopuler Yang Anti-Iklan

Dalam mengembangkan bisnis, WhatsApp berpegang teguh pada filosofi anti-iklan, bahkan perusahaan itu memiliki manifesto menentang iklan.

Liputan6.com, Jakarta Kehadiran WhatsApp tak hanya dipelopori oleh Jan Koum. Pada September 2009, mantan eksekutif Yahoo! lainnya yaitu Brian Acton memutuskan untuk bergabung mengembangkan aplikasi pesan instan ini.

Acton adalah teman dekat Koum ketika mereka masih sama-sama bekerja di Yahoo!. Maka tak heran jika hubungan keduanya cukup akrab. Keduanya pun hengkang dari Yahoo! di waktu yang sama yaitu pada 31 Oktober 2007.

Ketika bergabung di WhatsApp, Acton memimpin putaran investasi di perusahaan. Bukan itu saja, Acton juga membawa WhatsApp untuk bereksperimen dalam mengembangkan model bisnis, namun tetap mengontrol pertumbuhan pengguna yang dibarengi dengan pembangunan infrastruktur.


Tetapkan Biaya Unduhan
Lalu bagaimana cara WhatsApp menghasilkkan uang? Kepada majalah Wired, Acton menjelaskan bahwa WhatsApp mulanya cuma bisa diunduh secara gratis. Saat itu jumlah unduhan di WhatsApp menembus 10 ribu unduhan per hari.

"Ketika kami menentukan bayaran, jumlah unduhan mulai menurun, terjun  hingga 1.000 unduhan per hari," kenang Acton.

Kemudian WhatsApp menentukan strategi untuk menarik biaya unduhan sekali seumur hidup. Kebijakan itu akhirnya diubah, di mana kini setiap pengguna diharuskan membayar biaya per tahun sebesar US$ 0,99.

Dari sinilah WhatsApp menghasilkan uang, dan mereka berjanji untuk tidak menampilkan iklan yang dapat mengganggu kenyamanan pengguna. Dalam mengembangkan bisnis, WhatsApp berpegang teguh pada filosofi anti-iklan, bahkan perusahaan itu memiliki manifesto untuk menentang iklan.

Berkat strategi cerdik itu nama WhatsApp semakin populer. Dari data yang tercatat, WhatsApp memanfaatkan sekitar 600 server untuk melayani pengiriman pesan hingga 50 milyar pesan per hari dari sekitar 27 juta per hari pada Juni 2013.


Miliki 430 Juta Pengguna
Mengutip laman Wired, Rabu (26/2/2014), angka itu disebut-sebut sudah melebihi jumlah Short Message Service (SMS) yang beredar di seluruh dunia sehingga WhatsApp dianggap sebagai salah satu penyebab menurunnya pertumbuhan pesan singkat itu.

WhatsApp bahkan didapuk sebagai aplikasi pesan instan yang paling banyak digunakan, dengan 430 juta pengguna aktif pada Januari 2014. Hingga Desember 2013, WhatsApp memiliki 50 karyawan dengan kantor pusat yang berlokasi di Mountain View, California, Amerika Serikat.

25 karyawan di antaranya adalah teknisi, sementara 20 karyawan lainnya menangani dukungan multi-bahasa untuk pengguna. Investor WhatsApp adalah perusahaan pemodal Sequoia Capital sebesar US$ 8 juta pada awal 2011. Sejak saat itu, WhatsApp tidak membuka investasi fase baru karena mereka mampu menghasilkan uang dari layanannya sendiri.


Bersambung...


Baca juga:
WhatsApp Lahir Dari `Rasa Benci` Terhadap Password

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.