Sukses

Waspada! Bitcoin Tingkatkan Serangan Malware Perbankan

Jumlah serangan cyber yang melibatkan malware pencuri informasi keuangan naik menjadi 28,4 juta serangan di tahun 2013.

Liputan6.com, Jakarta Mata Uang virtual bitcoin menjadi sorotan dunia karena kontroversi keberadaannya. Belum selesai masalah terkait keabsahannya sebagai alat tukar resmi, kini menurut sebuah hasi studi bertajuk ‘Financial cyber threats in 2013’ yang dirilis perusahaan kemanan komputasi Kapersky Lab mengungkapkan bahwa Bitcoin memiliki andil besar dalam meningkatkan serangan malware.

Melalui keterangan resminya, pihak Kapersky Lab menyebutkan bahwa jumlah serangan cyber yang melibatkan malware pencuri informasi keuangan naik menjadi 28,4 juta serangan di tahun 2013. Jumlah tersebut meningkat 27,6% dibanding tahun sebelumnya.

Tahun lalu, Kaspersky Lab mengklaim telah melindungi sekitar 3,8 juta pengguna dari serangan berbasis keuangan. Trojan perbankan yang mencakup program-program Zbot, Carberp, dan SpyEye, menyumbang 2/3 bagian dari seluruh malware pengincar informasi keuangan. Namun, jumlah malware seperti ini menurun dibanding tahun sebelumnya karena meningkatnya aktivitas program berbahaya yang mengincar Bitcoin.

Dengan fakta itu, pihak Kapersky Lab menarik kesimpulan, gabungan aktivitas program-program yang menyasar Bitcoin menjadi salah satu pendorong utama dibalik naiknya serangan cyber keuangan di tahun 2013.

“Tahun lalu terlihat adanya kenaikan signifikan dalam jumlah ancaman cyber keuangan dimana malware yang didesain untuk mencuri uang menjadi bagian terbanyak. Semakin populernya Trojan perbankan dan program lain yang menyasar data keuangan terjadi karena para penjahat cyber bisa menggunakan program-program tersebut untuk mendapat uang dengan cepat. Situasi sekarang ini memaksa kita dan perusahaan keuangan untuk mengambil langkah aktif menghadapi ancaman online, sementara vendor software keamanan harus mengembangkan solusi perlindungan baru,” ujar Sergey Lozhkin, Senior Security Researcher, Kaspersky Lab.

Hasil studi tersebut juga menyebutkan jumlah kejahatan cyber keuangan paling besar terjadi di Afghanistan, Bolivia, Kamerun, Mongolia, Myanmar, Peru, Turki dan Etiopia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini