Sukses

Kampanye di Twitter Lebih Efektif Ketimbang Facebook

Twitter dianggap lebih cepat dan lebih simpel dalam banyak hal ketimbang Facebook.

Liputan6.com, Jakarta - Jika pemilihan capres-cawapres pada tahun 2004 dan 2009 begitu hingar bingar, pemilu tahun ini hingar bingarnya seperti tidak terasa. Berbeda dengan pemilu sebelumnya yang melakukan kampanye terbuka secara luas, pemilu tahun ini partai politik dan capres-cawapres lebih memilih menggelar kampanye di dunia maya.

Layaknya kampanye terbuka, kampanye di media sosial dimanfaatkan partai politik untuk memperkenalkan visi misi dan figur capres-cawapres. Jaringan media sosial yang dipilih biasanya adalah Twitter dan Facebook.

Menurut pantauan kami, dalam berkampanye, tim sukses biasanya lebih memilih menggunakan Twitter ketimbang Facebook. Menurut Yanuar Nugroho, Peneliti Senior di Bidang Inovasi dan Perubahan Sosial di Universitas Manchester, Inggris, Twitter lebih cepat dan lebih simpel dalam banyak hal ketimbang Facebook. 

"Sarana ampuh di Twitter adalah RT alias retweet. Rantai retweet bisa jauh lebih masif menjangkau audience. Selain itu lebih interaktif daripada update status di Facebook," kata Yanuar yang dihubungi tim Tekno Liputan6.com, Kamis (12/6/2014).

Namun secara keseluruhan, menggelar kampanye di media sosial dianggapnya cukup efektif dan terarah. Pun demikian, strategi kampanye ini memiliki keterbatasan.

"Jika ingin meraih voter kelas menengah di Jawa-Sumatera-Bali dan daerah urban lainnya di luar Jawa, kampanye di media sosial adalah cara yang efektif. Tapi ingat, bahwa media sosial memiliki `bias adopsi` yang terkait dengan `bias ketersediaan infrastruktur`," tambah Yanuar.

Dalam hal ini, lanjut Yanuar, media sosial kebanyakan hanya digunakan oleh mereka yang berada di daerah-daerah di kawasan Jawa-Sumatera-Bali karena keterbatasan infrastruktur.

"Di daerah rural atau daerah perbatasan dan daerah terluar atau di luar Jawa, umumnya tidak tersedia akses internet sehingga kampanye di media sosial tidak efektif. Jauh lebih efektif media tradisional dan mesin partai," tandasnya.

Penggunaan media sosial sebagai alat kampanye calon presiden dilakukan secara masif oleh Barack Obama pada tahun 2008. Ketika itu ia memanfaatkan jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter.

Selain bisa mengumpulkan relawan dan simpati publik - lewat media sosial - Obama juga dapat memperoleh suntikan dana dari publik.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini