Sukses

5 Jenis Penipuan yang Perlu Diwaspadai di Facebook

Penggunaan internet yang kian meluas dengan hadirnya jejaring sosial, juga dilihat sebagai peluang manis guna menjerat korban.

Liputan6.com, Jakarta - Para penipu seakan tidak pernah kehabisan akal untuk menjebak korban-korbannya. Penggunaan internet yang kian meluas dengan hadirnya jejaring sosial, juga dilihat sebagai peluang manis guna menjerat korban.

Facebook pun menjadi salah satu jejaring sosial yang kerap menjadi incaran para penjahat cyber. Alasannya karena mereka bisa menggunakan Facebook sebagai tempat untuk 'menjajal' tipuannya di depan banyak orang.

Maka tak jarang kita mendapatkan banyak postingan spam, scareware, aplikasi nakal yang mencuri data pribadi, dan berbagai bentuk penipuan lain. Dari sekian banyak bentuk jebakan penjahat cyber, berikut lima di antaranya yang paling populer di Facebook, seperti dilansir netsecurity.about.com.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

1. Tombol 'dislike' palsu

Sebagai sebuah jejaring sosial yang digunakan oleh banyak orang, tentu Facebook tidak ingin ada hal negatif di website-nya. Namun sayangnya, fitur seperti tombol 'deslike' yang sampai saat ini tidak ada di Facebook, sering menjadi bahan penipuan yang digunakan untuk menjebak netter.

Penipu selalu mencoba menggunakan sesuatu yang diinginkan, seperti tombol 'dislike', untuk memancing orang-orang meng-klik sebuah link dan memasang malware di komputer korban. Karena itu jangan percaya bujukan apa pun yang mengklaim jika kita memasang sebuah aplikasi khusus, maka tombol 'dislike' akan muncul.

Pasalnya, jika Facebook pada akhirnya meluncurkan tombol 'dislike', maka semua media asli di dunia diyakini akan memuat beritanya.

3 dari 6 halaman

2. Hadiah palsu

Siapa yang tidak tergiur jika mendapatkan hadiah bagus secara cuma-cuma? Nah para penipu dengan lihai memanfaatkan peluang ini.

Sejumlah pengguna Facebook pasti pernah melihat sebuah postingan yang dilengkapi kalimat seperti 'posting ini maka Anda akan mendapatkan iPad gratis' di wall teman-teman mereka. Tapi jangan dengan mudah mempercayainya.

Teman Anda yang memposting hal tersebut kemungkinan secara tidak sengaja telah memasang aplikasi palsu, yang mengambil keuntungan dari fitur 'allow friends to post to my wall' di Facebook. Aplikasi itu bisa memasang postingan pesan penipuan di wall teman Anda dan wall semua temannya, bahkan kemungkinan tanpa sepengetahuannya.

4 dari 6 halaman

3. Video dan survei palsu

Rasa penasaran juga dimanfaatkan. Penjahat cyber bisanya memancing rasa penasaran dengan sesuatu yang terdengar aneh dan mengerikan, seperti video bertema 'Shocking'.

Tak jarang, para korban memposting kembali link penipuan itu, tanpa memverifikasi konten terlebih dahulu. Alhasil, link itu tersebar luas dengan cepat dalam hitungan jam. Semakin heboh judul konten, maka kecenderungan penyebaran link juga semakin cepat. 

Selain itu, biasanya penipuan jenis ini menyertakan keterangan bahwa korban harus mengisi sebuah survei terlebih dahulu untuk bisa menonton video tersebut. Namun setelah itu, mereka justru tidak bisa mengakses video tersebut.

Di sisi lain, justru saat itu penipu sedang mendulang keuntungan dari hasil survei tersebut. Uang itu diberikan oleh afiliasi program pemasaran malware yang membayar para penipu agar meng-install aplikasi berbahaya.

5 dari 6 halaman

4. Berpura-pura menjadi teman

Ketika hacker berhasil meretas sebuah akun Facebook, mereka biasanya akan berusaha dan meniru pemilik asli akun tersebut. Dengan berkedok sebagai pengguna asli, penjahact cyber mencoba menipu teman-teman korban, salah satunya dengan meminjam uang.

Teman-teman dekat yang tidak mengetahui keadaan sebenarnya bisa saja tertipu, sebelum pengguna asli memberitahu mereka.

6 dari 6 halaman

5. 'Facebook' berbayar

Bentuk penipuan ini memiliki berbagai variasi, tapi cara kerjanya cukup sederhana.

Salah satunya, para penipu memberitahu korban bahwa Facebook kini menerapkan sistem berbayar untuk akun mereka. Jika korban tidak segera mentransfer uang, maka akun tersebut akan dihaspus.

Beberapa penipu akan mengarahkan pengguna ke sebuah laman khusus, di mana korban bisa melakukan pembayaran. Dengan begitu, para penipu berhasil mendapatkan informasi kartu kredit korban.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini