Sukses

Bagus Nugroho: Ilmuwan Muda RI di Ekspedisi Mars

Dari puluhan ilmuwan di seluruh dunia yang melamar ekspedisi ke Mars yang dilakukan JAXA, Bagus Nugroho terpilih ikut dalam penelitian itu.

Liputan6.com, Jakarta - Dari puluhan ilmuwan di seluruh dunia yang melamar ekspedisi ke Mars yang dilakukan The Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA), Bagus Nugroho terpilih ikut dalam penelitian itu. 

Bagus Nugroho adalah ilmuwan muda Indonesia yang tengah studi S3 di University of Melbourne. Usianya baru 31 tahun. 

Ia terpilih menjadi satu di antara 2 peneliti seluruh dunia yang mendapat kesempatan melakukan riset untuk program ekspedisi Jepang ke Planet Mars. 

Pemuda asal Yogya ini akan meneliti meneliti parasut supersonic Mars yang menggunakan terowongan angin super-sonic.

Memang Bagus tidak pergi ke Mars, tetapi penelitian adalah untuk pembuktian dari penggunaan parasut supersonic Mars. Parasut ini menggunakan terowongan angin super-sonic (terowongan yang memiliki kecepatan angin, yang lebih cepat dari kecepatan suara).

Bagaimana sampai ia terpilih mengikuti ekspedisi Mars yang digelar JAXA (seperti NASA milik Amerika)? Berikut wawancara khusus Liputan6.com dengan Bagus Nugroho secara tertulis, karena Bagus kini sudah ada di Jepang, Rabu (15/7/2014).

***

Bagaimana prosesnya Anda terpilih menjadi peneliti ekspedisi ke Mars, apakah mengikuti seleksi-seleksi yang ketat dan berat?

Beberapa bulan lalu JAXA membuka lowongan intern research kepada mahasiswa siapapun di seluruh dunia yang merasa memiliki kualifikasi sesuai dengan yang mereka butuhkan.

Salah satu lowongannya adalah tentang menyelidiki parasut supersonic Mars menggunakan terowongan angin super-sonic (terowongan yang memiliki kecepatan angin lebih cepat dari kecepatan suara).
 
Prosesnya waktu itu seperti halnya aplikasi kerja, mengirim CV, dan menjawab beberapa pertanyaan mereka.

Mengenai seleksi internalnya saya kurang tahu karena itu berdasarkan internal dari JAXA. Kurang lebih sebulan kemudian mereka menghubungi saya kembali dan meminta copy passport dan data diri tambahan. Serta menanyakan beberapa pertanyaan lebih lanjut.

Beberapa minggu kemudian mereka menawarkan satu dari tiga posisi intern research bidang ini. Saya akan berada di Jepang hampir sebulan (Bagus di Jepang sejak 12 Juli 2014).
 
 
Bisa dijelaskan ekspedisi ke Mars ini dalam rangka apa? Posisi Anda sebagai peneliti apa?

JAXA berencana mengirim robot ke Mars pada 2020 untuk menyelidiki adanya kemungkinan kehidupan di mars (mikroba atau bakteri) serta meneliti lebih jauh mengenai planet ini.

Ada puluhan orang dari seluruh dunia yang melamar untuk mendapat kesempatan melakukan intern research ttg parasut supersonic di JAXA. Yang diterima ternyata hanya dua (awalnya saya kira tiga), saya dan satu lagi siswa dari universitas teknik terkenal di Prancis.

Posisi saya sebagai mahasiswa intern research untuk meneliti parasut supersonic Mars menggunakan terowongan angin super-sonic.
 
 
Apakah ikut ekspedisi ini berarti Anda berangkat ke Mars, atau bagaimana?

Bukan, saat ini belum ada rencana mengirim manusia ke sana, seperti yang ditulis di artikel dari ABC ini kemungkinan besar untuk mengirim probe.
 


Dengan terpilih mengikuti ekspedisi ke Mars ini, apakah Anda membawa bendera kampus, pribadi atau Indonesia?

Saya apply sebagai Mahasiswa Melbourne University.
 

Dengan background pendidikan aerodinamika, sebenarnya apa yang menjadi impian dan cita-cita Anda?

Saya ingin bekerja di badan antariksa atau bagian riset dan pengembangan pembikin pesawat atau apapun yang berhubungan dengan aerospace dan aerodinamik.
 

Banyak sudah peneliti yang melakukan penelitian tentang Mars, sebenarnya apa hal yang paling menarik dari Mars menurut kacamata Anda?

Saya keahliannya bukan planetary science, namun karena ini adalah salah satu object paling dekat dengan bumi selain bulan maka sangat menarik.
 



Apakah Anda akan berkarir di Indonesia? Kalau iya atau kalau tidak, apa alasannya?

Mungkin dalam waktu dekat ini saya belum bisa berkarir di Indonesia karena masih ingin mencari pengalaman dahulu di negeri orang. Selama ini saya sudah hampir 12 tahun di Australia untuk sekolah, dan belum sempat mengenyam banyak pengalaman kerja.

Kemarin saya sempat iseng apply ke dua perusahaan di Indonesia namun ditolak karena tidak sesuai dengan yang mereka cari. Keyataannya memang susah untuk orang seperti saya bekerja di Indonesia dengan latar belakang ini.
 
Agak sedih juga, karena kebalikannya di Australia. Yang tahun lalu ada bukaan untuk bekerja di badan riset departemen pertahanan mereka dimana kualifikasi saya sangat cocok (benar-benar persis yang mereka mau). Serta mereka langsung menanyakan ke salah satu profesor saya untuk ditawarkan ke murid-murid beliau.

Namun mereka mensyaratkan harus menjadi warga negara Australia. Karena berbagai pertimbangan saya urung untuk apply, terutama karena persyaratan menjadi warga negara Australia. Namun godaannya sangat menarik, karena selain gaji yang luar biasa tinggi (gaji awal Rp 50 juta sebulan), mereka menawarkan kami bekerja untuk meneliti dan menjadi bagian dari tim yang mendesain kapal selam militer masa depan mereka.
 
Keadaan di atas sedikit banyak menggambarkan betapa negara maju sangat haus akan ilmuwan-ilmuwan.
 

Anda menempuh pendidikan di Australia selama 12 tahun, kenapa pilihannya Australia?

Karena Australia dekat, Melbourne adalah the most liveable city in the world (4 tahun terakhir), serta kualitas Melbourne University yang sangat bagus. Group riset fluid mechanics Melbourne University adalah salah satu yang tertua, terbaik dan terkenal di dunia, terutama untuk mempelajari turbulent flow di bidang fluid mechanic (aerodynamic adalah salah satu cabang dari fluid mechanic).


Sebentar lagi Indonesia akan punya presiden baru, apa harapan Anda terhadap dunia pendidikan, penelitian dan aerodinamika dari presiden baru ini?

Saya berharap presiden baru lebih memperhatikan ristek, terutama peneliti yang di luar negeri. Panggillah mereka, dan gajilah mereka dengan layak. Beri peralatan dan kebebasan meneliti. Niscaya hasilnya akan luar biasa.

Selama saya di Australia itu yang saya rasakan, mendapatkan peralatan dan kebebasan akan memberikan hasil yang mengagumkan. Serta berilah mereka waktu dan bersabar, hasil riset tidak ada yang instant. Hasil yang kami peroleh hari ini mungkin baru dapat diaplikasikan 10 tahun mendatang. Tidak ada jalan pintas dalam sains dan teknologi.
 
Contoh yang mudah: Teori relativitas Einstein yang beliau kemukakan 100 tahun yang lalu baru bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat biasa pada akhir-akhir ini saja, dalam bentuk GPS di smartphone.
 
 
Menurut Anda, apakah Indonesia siap mengembangkan kedirgantaraan atau aerodinamika seperti negara lain, apa yang harus disiapkan?

Indonesia dasarnya sudah ada, sudah difondasikan oleh B J Habibie dan ahli-ahli sebelumnya dalam bentuk PT DI dan Lapan. Tinggal bagaimana kita mengembangkan yang sudah ada serta memberikan kesempatan kepada universitas teknik seperti ITB, ITS, Surya University, dll untuk mengembangkan bidang ini.

Biaya memang akan mahal karena perlu terowongan angin yang berkualitas, namun apabila dipusatkan di satu lokasi akan menghemat biaya. Institusi-institusi tersebut juga perlu di-encourage (didorong) bekerjasama dengan institusi lain yang kuat di bidang ini. Apabila di bidang saya tentang fluid mechanic dan turbulent flow contohnya seperti Melbourne University, Princeton dan Cambridge.


NEXT: BIODATA......

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

BIODATA



BIODATA

Nama: Bagus Nugroho
Usia: 31 Tahun
Status: Belum Menikah

INTERESTS

Scientific : Aerospace, astronautics, physics, history, paleontology, zoology.
Outdoor activities : Photography, radio control model, traveling.
Sports : Badminton, fencing.
Entertainment : Listening to classical rock music, watching movies, video games.

EDUCATION

2009 – 2014 : Doctor of Philosophy (Fluid Mechanics)
Mechanical Engineering, University of Melbourne
Expertise: aerodynamics, turbulent flow, flow control.

2010 – 2013 : Graduate Certificate (Commercialization)
Melbourne Business School, University of Melbourne

2010 – 2012 : Postgraduate Certificate (Nanotechnology)
Department of Continuing Education, University of Oxford

2004 – 2008 : Bachelor of Engineering (Mechanical-Honours)
Mechanical Engineering, University of Melbourne

2004 – 2008 : Bachelor of Science (Physics)
School of Physics, University of Melbourne

TRAINING CERTIFICATES

2006 : South East Asia Computer Aided Design Technologies (SEACAD)
SolidWorks Product Design (CAD Software)

2009 : MatLab Australia
MatLab Fundamentals (Mathematical Software)

2010 : LEAP Australia
Ansys CFX Introduction and DesignModeler (Fluid Software)

WORK EXPERIENCES

May 2014 - Present : Researcher at the Dept. of Mechanical Engineering - the
University of Melbourne

March 2009 – Present : “Angkasa” Aerospace Magazine,
Australian and UK Contributor

Jan 2008 – Feb 2008 : Daimler Mercedes-Benz,
Technical Department of Personal Vehicle Production

Dec 2007 – Jan 2008 : Indonesian Aerospace (IA),
Aircraft Development Center Division, Fluid Dynamic Group

Jan 2007 – Feb 2007 : Garuda Indonesia Maintenance Facility (GMF),
Engineering Division  

SCIENTIFIC PUBLICATIONS

Refereed Journal Paper:

1. E. P Gnanamanickam, B. Nugroho, M. Kozul, J.P. Monty, N. Hutchins (2014) Reorganizing energy in a turbulent boundary layer using directional surfaces. Physical Review Letter. (in review)

2. B. Nugroho, N. Hutchins, J.P. Monty (2013) Large-scale spanwise periodicity in a turbulent boundary layer induced by highly ordered and directional surface roughness. International Journal of Heat and Fluid Flow. 41:90 -102.

Refereed Conference Paper:

1. B. Nugroho, E. P Gnanamanickam, Kevin, J.P. Monty, N. Hutchins (2014) Roll-modes generated in boundary layers with passive surface modification. AIAA, SciTech 2014, Maryland, United States. (in press)

2. N. Hutchins, B. Nugroho, J.P. Monty (2012) Large-scale secondary flows in a turbulent boundary layer caused by highly ordered and directional surface roughness. 9th International ERCOFTAC Symposium on Engineering Turbulence Modelling and Measurements. Thessaloniki, Greece.

3. K.X Oh, B. Nugroho, N. Hutchins, J.P. Monty (2012) Meandering riblets targeting spanwise spatial oscillation of turbulent boundary layer. 18th AFMC Conference, Launceston. Australia.

4. B. Nugroho, N. Hutchins, J.P. Monty (2012) Effects of diverging and converging roughness on turbulent boundary layers. 18th AFMC Conference. Launceston, Australia.

5. B. Nugroho, V. Kulandaivelu , Z. Harun, N. Hutchins, J.P. Monty (2010) Investigation into the effects of highly directional surface roughness on turbulent boundary layers. 17th AFMC Conference. Auckland, New Zealand

6. Z. Harun, V. Kulandaivelu, B. Nugroho, M. Khashehchi, J.P. Monty, I. Marusic (2010). Large scale structures in an adverse pressure gradient turbulent boundary layer. 8th International ERCOFTAC Symposium on Engineering Turbulence Modelling and Measurements. Marseille, France.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.