Sukses

Game Call of Duty Dituntut Mantan Diktator Panama

Noriega keberatan dengan salah satu karakter yang mirip dirinya karena dideskripsikan sebagai 'penculik, pembunuh, dan musuh negara'.

Liputan6.com, Santa Monica - Manuel Noriega, mantan diktator penguasa Panama di era 80-an dilaporkan menuntut Activision Blizzard, publisher sekaligus pengembang game perang populer, Call of Duty.

Secara sepesifik dijelaskan bahwa Noriega keberatan dengan salah satu karakter antagonis di seri game `Call of Duty: Black Ops II` rilisan tahun 2012 yang terinspirasi dari dirinya. Menurut keterangan yang diterima pihak Pengadilan California, Noriega keberatan dengan salah satu karakter yang mirip dirinya karena dideskripsikan sebagai 'penculik, pembunuh, dan musuh negara' di dalam gameplay.

Pria berusia 80 tahun yang hingga kini masih menjalani hukuman penjara di Panama atas kejahatan masa lalunya itu memang dikenal sangat otoriter ketika berkuasa. Noriega didakwa atas berbagai tuduhan pembunuhan aktivis, penculikan, dan pelanggaran HAM.



Jas Purewal, seorang pengacara spesialis bidang hiburan interaktif mengutarakan: "Di Amerika Serikat (AS), setiap orang memang memiliki hak publisitas atas dirinya, yang memberikan kontrol bagaimana dirinya ingin digambarkan seperti apa di dalam iklan, atau konten hiburan lain, termasuk video game."

"Ini semua bergantung hukum AS yang memungkinkan seseorang untuk digambarkan sesuai dengan keinginan dan izin mereka. Dalam hal ini praktiknya adalah dengan dikenakan sejumlah biaya," sambung Purewal.

"Namun patut diingat, Noriega bukanlah warga negara AS dan tidak berdomisili di AS. Ini artinya klaim hukumnya dipertanyakan karena tidak jelas apa dasar hukum yang ia gunakan untuk menuntut Activision," jelas Purewal seperti yang dilansir laman BBC, Minggu (20/7/2014).

Di dalam gameplay `Call of Duty: Black Ops II`, Activision menggambarkan Noriega sebagai teman dari AS dan membantu operasi CIA untuk menangkap teroris Nikaragau. Namun pada akhirnya Noriega membelot dan balik melawan AS.

Pada kenyataannya, Noriega memang sempat berkerja sebagai informan CIA sebelum pada akhirnya hubungan kedua kubu tersebut meregang. Noriega pun menjadi penguasa Panama dan menerapkan paham otoriter yang membuat masyarakatnya menderita. Di tahun 1989, Presiden George Bush memerintahkan invasi dan penangkapan Noriega.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.