Sukses

Layanan Email Ini Diklaim Paling Aman di Dunia

ProtonMail adalah layanan email terenkripsi dari sejak server hingga komputer penerima pesan.

Liputan6.com, Jakarta - Ketika kabar pengintaian data privasi pengguna internet yang dilakukan intelijen Amerika Serikat (NSA) bocor ke publik, sontak masalah keamanan internet menjadi topik utama yang dibahas banyak orang. Termasuk bagi para ilmuwan nuklir di CERN (The European Council for Nuclear Research). 

Andy Yen, seorang mahasiswa PhD yang berkerja di CERN pun mengirimkan pesan sederhana pada teman-temannya melalui Facebook. Pesan tersebut berbunyi, "Saya sangat prihatin dengan masalah privasi di internet, dan saya bertanya-tanya, apa yang bisa kita lakukan untuk menyelesaikan masalah ini?"

Yen beserta kedua orang teman, Jason Stockman dan Wei Sun, akhirnya memutuskan untuk menciptakan sebuah layanan email terenskripsi yang anti sadap. Maka lahirlah ProtonMail.

ProtonMail adalah layanan email terenkripsi dari sejak server hingga komputer penerima pesan. Sistem keamanan enkripsi yang digunakan ini mencegah pihak luar untuk menyadap pesan di awal pengiriman, di tengah perjalan, hingga pesan diterima.

Pesan yang dikirimkan via ProtonMail pun dapat langsung hancur secara otomatis jika sudah dibaca oleh penerimanya.

"Kami sudah mulai mengenkripsi email pada browser sebelum dikirim ke server. Pada saat sampai di server pun sudah dienkripsi, bahkan kami pun tidak bisa melihatnya, karena kami tidak memiliki kunci enkripsi yang kami buat," papar Yen seperti dikutip dari laman Forbes, Senin (21/7/2014).

Menurut penjelasan Yen, layanan Gmail dari Google pun sebenarnya menerapkan sistem enkripsi yang tidak jauh berbeda. Namun Google diketahui memiliki kunci enkripsi yang memungkinkan mereka untuk membuka email pengguna kapan pun mereka ingin.



Menariknya lagi, satu hal lain yang menjamin keamanan layanan ProtonMail adalah posisi servernya yang terletak di Swiss. Swiss adalah negara paling aman dan dikenal sangat menghargai privasi.

Yen menyebutkan bahwa sangat kecil kemungkinannya pemerintah Swiss untuk mengambil alih server yang mereka miliki. Berbeda dengan intervensi yang mungkin dilakukan oleh pemerintah lain, seperti Amerika Serikat contohnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini