Sukses

Google Rela Rogoh Rp 11,6 Miliar Untuk Ayam

Google menghabiskan sekitar US$ 20 per karyawan per hari untuk makan, atau sekitar US$ 80 juta per tahun untuk biaya makanan saja.

Liputan6.com, Jakarta - Sudah menjadi rahasia umum bahwa Google selalu memanjakan karyawannya dengan beragam fasilitas agar mereka nyaman bekerja. Mulai dari fasilitas olahraga, cuci pakaian, bilik tidur siang hingga makan gratis sepuasnya, tinggal pilih.

Untuk semua makan gratis yang disediakan oleh Google, kira-kira berapa biaya yang dihabiskan Google untuk mensuplai makanan kepada puluhan ribu orang karyawan sepuasnya?

Business Insider mewawancarai mantan kepala koki eksekutif Google, Nate Keller. Ia meninggalkan Google pada tahun 2008, saat itu Google memiliki 19.000 orang karyawan. Sayangnya ia tidak mengetahui kondisi dapur Google sekarang.

Namun saat ia bekerja di sana, Keller mengatakan ia harus mengelola tim yang terdiri 675 pekerja dapur. Katanya dapur Google saat itu harus melayani 40.000 kali makan setiap harinya. Bahkan untuk membeli ayam saja, Google menghabiskan dana US$ 1 juta per bulan atau sekitar Rp 11,6 miliar (kurs US$ = Rp 11.600).

Lebih lanjut disebutkan, pada tahun 2008 Google menghabiskan sekitar US$ 20 per karyawan per hari untuk makan, atau sekitar US$ 80 juta per tahun untuk biaya makanan saja. Sekarang, biayanya kemungkinan sudah jauh lebih tinggi.

Keller kini bekerja sebagai koki di startup pengiriman makanan, Sprig. Ia juga mengungkap bagaimana rasanya merintis salah satu dapur perusahaan terbesar di dunia.

"Aku bekerja di Google pada tahun 2002. Pada waktu itu ada 400 karyawan dan hanya ada 11 di dapur. Sejak saat itu hingga 2008, kami sudah menyiapkan lebih dari 40.000 kali makan sehari dan memiliki 675 karyawan di dapur," ujarnya kepada Business Insider.

Keller kemudian menjadi koki eksekutif ketika bosnya, Charlie Ayers, mengundurkan diri pada tahun 2005. Menurut Keller, ia sampai mempekerjakan 7 chef eksekutif untuk melayani dapur Google.

"Google tumbuh begitu cepat. Ini seperti boot camp kewirausahaan," kata Keller.

Ia juga harus bekerja sama dengan petani lokal dan pemasok untuk memastikan produk yang ia butuhkan terpenuhi dan bisa menjalankan dapurnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini