Sukses

Hadapi Protes, Taksi Uber Gaet Mantan Penasehat Obama

Ditengah kontroversi layanannya, Uber merekrut mantan penasehat kampanye Barack Obama pada pemilihan presiden 2008, David Plouffe.

Liputan6.com, Jakarta - Layanan pemesanan jasa transportasi berbasis aplikasi, Uber, membuat gebrakan baru ditengah kontroversinya. Perusahaan asal San Francisco, Amerika Serikat (AS), ini merekrut mantan penasehat kampanye Barack Obama pada pemilihan presiden 2008, David Plouffe.

Plouffe mulai akhir September 2014 adalah SVP for Policy & Strategy Uber. Dalam penjelasan Uber, Plouffe akan memimpin 'pertarungan' Uber melawan 'musuh' yang mereka sebut sebagai 'kartel Big Taxi'.

"Mulai akhir September, David (Plouffe) akan menangani semua kebijakan dan aktivitas politik, komunikasi , dan upaya branding Uber. Saya ingin dia menjadi mitra strategis dalam semua hal seiring pertumbuhan Uber di seluruh dunia," jelas Chief Executive Officer (CEO) Uber, Travis Kalanick, seperti dilansir WJLA.com, Rabu (20/8/2014).

Kalanick memiliki alasan khusus membawa kekuatan politik untuk memimpin perlawanan menghadapi kompetitor utama yaitu perusahaan-perusahaan taksi. Dia mengibaratkan perjuangan Uber untuk mendominasi dengan kampanye politik dan sebagai 'calon presiden'.

"Tidak banyak orang di Amerika dan seluruh dunia mengetahui cerita, misi, dan dampak positif yang kami punya. Uber sedang ada di dalam sebuah kampanye, tapi belum menjalankan apa pun. Tapi kini semua berubah," ungkap Kalanick dalam keterangannya.

Uber, katanya, menyadari bahwa misi mereka menjadi topik kontroversial dan berada di tengah-tengah kampanye politik. "Lawan kami -kartel Big Taxi- menggunakan pengaruh dan kontribusi politik untuk mengurangi persaingan, membatasi pilihan konsumen, dan mencekik peluang ekonomi para pengemudinya," sambungnya.

Sebutan 'kartel Big Taxi' sendiri semakin kentara dengan berbagai protes yang dilayangkan kepada Uber dalam beberapa bulan terakhir. Salah satunya para supir taksi yang melancarkan protes terhadap layanan berbasis aplikasi seperti Uber dan Lyft, di Washington D.C.

Meski mendapatkan protes dari berbagai pihak, Plouffe berharap tetap bisa memastikan bahwa para pengemudi dan penumpang tetap mendapatkan kesempatan untuk memilih transportasi, ditengah monopoli. "Saya terus berusaha, dan yang saya bisa lakukan sekarang adalah untuk memastikan pengemudi mendapatkan kesempatan memilih transportasi," ungkap Kalanick.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.