Sukses

Merunut 9 Cela Apple (Bagian I)

Apple pun kerap salah langkah dalam berbisnis. Bahkan pasca wafatnya Jobs, banyak prinsip-prinsip dasar berbisnis Apple yang berubah.

Liputan6.com, Jakarta - Di bawah kepemimpinan mendiang Steve Jobs, Apple menjelma menjadi perusahaan raksasa. Bukan sekedar menjadi brand produsen perangkat teknologi, Apple bahkan telah menjadi sebuah merek dagang eksklusif yang sangat berpengaruh di dunia industri.

Berkat arahan Jobs, Apple berhasil merilis sejumlah produk unggulan seperti iPod, iMac, iPhone dan iPad. Produk-produk Apple ini menjadi pembuka jalan bagi produsen lain untuk turut berkecimpung di bisnis perangkat teknologi modern.

Namun hal tersebut bukan berarti membuktikan bahwa Apple tanpa cela. Seiring perkembangan waktu, Apple pun kerap salah langkah dalam berbisnis. Bahkan pasca wafatnya Jobs, banyak prinsip-prinsip dasar berbisnis Apple yang berubah.

Malahan tak sedikit yang beranggapan bahwa kini Apple tidak lagi mengendalikan pasar, justru kini Apple yang dikendalikan pasar.

Berikut adalah 9 cela Apple yang dirangkum oleh laman Business Insider:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Komputer Apple dan IBM

1. Komputer Apple dan IBM

Di tahun 1985, Steve Jobs sempat sangat percaya diri bahwa hanya Apple dan IBM yang akan menjadi suplier komputer rumahan di dunia ini.

"Saya berpikir akan ada banyak perusahaan pihak ketiga inovatif yang berfokus pada software. Akan ada banyak sekali inovasi dan kemajuan pesat di sektor software, namun untuk urusan hardware menjadi milik Apple dan IBM," papar Jobs pada sebuah wawancara eksklusif dengan majalah Playboy di tahun 1985.

Namun nyatanya kepercayaan diri Jobs tersebut tidak terbukti. Kini ada sangat banyak produsen komputer rumahan. Bahkan kini pasar hardware komputer rumahan dikuasai oleh produsen-produsen asal Asia seperti Acer, Asus, dan Lenovo.

3 dari 5 halaman

Layanan musik streaming

2. Layanan musik streaming

Di tahun 2003, Jobs sangat meyakini bahwa layanan musik streaming berlangganan adalah masa depan yang suram. Perusahaan-perusahaan yang menggarap sektor ini diyakini Jobs bakal bangkrut dalam waktu dekat.

"Orang tidak mau membayar untuk berlangganan musik streaming, orang-orang lebih memilih untuk membayar setiap kali mereka mengunduh lagu. Model bisnis berlangganan musik streaming akan bangkut," kata Jobs saat diwawancarai majalah Rolling Stones.

Prediksi Jobs salah total. Buktinya kini Pandora, Spotify, dan layanan musik streaming lainnya menjadi kegemaran pengguna, khususnya pengguna perangkat mobile. Apple bahkan ikut-ikutan bermain di bisnis layanan musik streaming dengan merilis iTunes Radio.

4 dari 5 halaman

Film di iTunes

3. Film di iTunes

Saat diwawancarai Rolling Stones pada 2003, Jobs sempat ditanya, "Apakah Anda akan menjual konten film di iTunes?"

Jobs pun dengan yakin menjawab, "Kami tidak berpikir orang-orang menginginkan itu. Film membutuhkan waktu lama untuk diunduh, tidak ada kepuasan instan."

Namun nyatanya iTunes pun memuat konten film. Bahkan pada 2013 kemarin, sukseor Jobs, Tim Cook mengumumkan bahwa kini sudah ada sekitar 1 miliar episode serial TV dan 380 juta judul film di database iTunes.

5 dari 5 halaman

Menonton video di iTunes

4. Menonton video di iPod

Apple sempat berpikir bahwa orang-orang tidak ingin menonton video di iPod. "Aku tidak yakin orang-orang ingin menonton video di layar yang sangat kecil seprti pada iPod," kata Jobs pada sebuah acara bicang-bincang yang dipandu Matt Mossberg di tahun 2003.

Akan tetapi dua tahun kemudian Apple berubah pikiran. Di tahun 2005 mereka merilis generasi lanjutan iPod dengan layar 2,7 inci. Di dalamnya tersemat kemampuan memutar konten video.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.