Sukses

Dukung Charlie Hebdo, Bos Facebook Diteror Kelompok Ekstrem

Kelompok ekstrem asal Pakistan menuntut agar Mark Zuckerberg memblokir semua konten yang menyinggung Nabi Muhammad.

Liputan6.com, Jakarta - Mark Zuckerberg, pendiri sekaligus bos besar Facebook mengaku mendapat ancaman dari kelompok ekstrem asal Pakistan pasca dukungannya terhadap majalah satir Charlie Hebdo.

Melalui laman Facebook pribadinya, Zuck -- panggilan akrab Zuckerberg -- menceritakan bahwa ada sebuah posting ancaman pembunuhan yang diarahkan langsung kepadanya belum lama ini. Kelompok ekstrem yang diduga berasal dari Pakistan itu menuntut agar Zuck memblokir semua konten yang menyinggung Nabi Muhammad.

"Kita semua harus menolak kelompok ekstrem yang berusaha membungkam suara-suara dan pendapat orang lain di manapun di dunia ini," tulis Zuck seperti yang dikutip dari laman IB Times, Rabu (14/1/2014).

Lebih lanjut ia menjelaskan, "Saya tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Saya pribadi berkomitmen untuk membangun layanan yang membuat Anda bebas berbicara tanpa rasa takut. Facebook akan selalu menjadi tempat bagi orang-orang di seluruh dunia untuk berbagi pandangan dan ide-ide. Kami mengikuti hukum di masing-masing wilayah, tapi kami tidak akan membiarkan sekelompok orang mendikte apa yang harus orang-orang lakukan."

Namun begitu, Zuck menjamin bahwa kebebasan yang ada di Facebook akan tetap terkendali. Konten terkait Nabi Muhammad contohnya, Zuck memaparkan bahwa konten tersebut tidak akan muncul di wilayah-wilayah yang memang tidak memperbolehkan konten seperti itu dikonsumsi oleh publik. Akan tetapi di wilayah lain yang lebih bebas, konten tersebut akan muncul dan dapat dikonsumsi secara luas.

"Membahas Nabi Muhammad tidaklah melanggar peraturan kami. Tapi kami akan memblokir konten tersebut di wilayah yang memang menganggapnya ilegal, tapi kami tidak akan memblokirnya di wilayah yang melegalkannya," tegas Zuck.

Zuck sendiri mengutuk serangan teroris ke kantor majalah Charlie Hebdo yang menewaskan 12 orang. Dalam sebuah wawancara dengan The Guardian ia berkata, "Anda tidak bisa membunuh ide. Selama kita bersatu, maka tidak akan ada serangan ekstremis yang mampu mengubah sejarah kebebasan dan penerimaan atas perbedaan."

(dhi/dew)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini