`Yang Kaya Beli iPhone, yang Pas-pasan Pilih Android`

Liputan6.com, Jakarta - Bila diperhatikan secara seksama, perbedaan harga iPhone dan smartphone Android kian hari kian menjauh.

Data yang dirilis Wall Street Journal mengungkapkan bahwa kerenggangan harga antara perangkat berbasis iOS besutan Apple dan jajaran smartphone Android dari Google terus meningkat dalam setahun terakhir.

Di awal tahun 2014, sebuah iPhone rata-rata dijual seharga US$ 600, sementara smartphone Android rata-rata dipasarkan dengan banderol US$ 350. Dan kini di awal tahun 2015, iPhone dijual dengan rata-rata harga US$ 687, semakin mahal tentunya. Namun yang menjadi perhatian adalah harga rata-rata smartphone Android yang beredar di pasaran justru menjadi semakin murah, yakni US$ 254.

Analis Wall Street Journal Christopher Mims, menyebutkan bahwa tren ini mencerminkan semakin tumbuhnya ketimpangan pendapatan secara global. "Perbedaan mencolok antara kedua (perangkat iOS dan Android) pasar ini mencerminkan distribusi kekayaan para konsumennya," tulis Christopher.

Dengan kata lain, iPhone adalah perangkat premium yang harga jualnya akan terus-menerus membumbung tinggi dan menyasar pasar konsumen kelas atas, alias orang berduit. Sedangkan Android semakin hari semakin meligitimasikan dirinya sebagai perangkat berharga terjangkau yang menyasar pasar konsumen menengah ke bawah.

Selain itu, kondisi ini juga menunjukkan bagaimana kegagalan Android menyaingi perangkat berbasis iOS di segmen pasar premium. Namun dari segi keuntungan hal ini bukanlah situasi yang buruk bagi para produsen perangkat berbasis Android.

Faktanya basis pengguna perangkat Android jauh lebih besar dibandingkan dengan pengguna produk Apple, atau lebih tepatnya 5 kali lipat lebih besar. Sistem operasi Android telah digunakan di lebih dari 1 miliar perangkat di berbagai penjuru dunia.

iPhone memang akan selalu menjadi perangkat premium. Konsumen-konsumen di negara maju sudah hampir pasti memilih produk Apple dibanding Android. Akan tetapi nyatanya ada lebih dari 1 miliar calon konsumen potensial di pasar negara berkembang, dan ini menjadi lumbung keuntungan bagi Android.

(dhi/dew)