Sukses

Limbah Kulit Pisang Bisa Diubah Jadi Edible Film

Tiga peneliti di IPB berhasil mengubah limbah kulit pisang menjadi edible film atau kemasan yang dapat dimakan.

Liputan6.com, Bogor - Pisang merupakan tanaman hortikultura yang dapat tumbuh dengan baik di Indonesia, karena iklim dan tanah yang sesuai untuk pertumbuhannya. Tidak hanya itu, pisang juga merupakan salah satu buah yang mengandung zat gizi yang baik.

Selain menjadi pakan ternak, pemanfaatan kulit pisang saat ini ternyata belum dapat dikelola dengan baik. Pasalnya, kulit pisang merupakan limbah hasil industri pengolahan yang tidak bernilai ekonomi dan ramah lingkungan.

Namun, di tangan tiga (3) peneliti Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor (Fateta IPB), yakni Muhammad Sudirman Akili dan Usman Ahmad dari Departemen Teknik Mesin dan Biosistem (TMB), serta Nugraha Edhi Suyatma dari Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan (ITP), limbah kulit pisang bisa disulap menjadi edible film atau kemasan yang dapat dimakan.

Menurut salah satu peneliti Muhammad Sudirman Akili, kulit pisang banyak mengandung senyawa pektin. Kenyataannya bahwa pektin memiliki sifat gel yang baik sehingga dapat digunakan untuk membuat kemasan yang dapat dimakan.

"Penelitiannya sendiri dilaksanakan pada bulan Juli 2011-Januari 2012 lalu di Laboratorium ITP dan Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Departemen TMB Fateta IPB," ungkapnya di IPB beberapa waktu lalu.

Penelitian ini, lanjutnya, dilakukan untuk mengekstrak dan mengkarakterisasi pektin dari kulit pisang untuk membuat edibe film dengan penambahan gliserol untuk memberikan sifat plastis dan elastis.

Karakteristik edible film pada penelitian ini adalah warna, ketebalan, elongasi, kuat tarik dan laju transmisi uap air. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendeman tertinggi terdapat pada pektin dari kulit pisang tingkat kematangan 1, selain itu penambahan gliserol secara signifikan meningkatkan elongasi dan menurunkan kuat tarik edibe film.

"Edible film dengan perlakuan penambahan gliserol 20 persen direkomendasikan sebagai perlakuan terbaik karena memiliki sifat plastis yang baik dan mampu mengemas bahan pangan," pungkasnya.

(bim/dew)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.