Sukses

Manusia Tidak Perlu Takut Robot

Di balik perkembangannya yang pesat, tumbuh ketakutan yang memposisikan robot sebagai pesaing manusia selaku penciptanya.

Liputan6.com, Jakarta - Perkembangan teknologi robotika kian hari, kian menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Terkini, sebagian besar ilmuwan robot bahkan tengah berfokus mengembangkan "humanoid", unit robot yang memiliki bentuk dan kemampuan fisik layaknya manusia, serta dibekali dengan teknologi artificial intelligence (AI). 

Namun di balik perkembangannya yang pesat, tumbuh ketakutan yang memposisikan robot sebagai pesaing manusia selaku penciptanya. Bahkan, banyak pula yang beranggapan bahwa robot mengancam keselamatan manusia, seperti pada kisah-kisah film fiksi ilmiah.

Ya, berbagai pernyataan terkait kekhawatiran terhadap robot diungkapkan oleh banyak ahli. Menurut ahli fisika kuantum Profesor Stephen Hawking, robot yang telah dibekali kecerdasan buatan memiliki potensi berbahaya bagi keberlangsungan hidup umat manusia.

Pria jenius penemu teori gravitasi kuantum dan lubang hitam ini menyatakan bahwa AI merupakan kreasi manusia yang dapat memiliki kemampuan melampaui manusia selaku penciptanya. 

Senada dengan Hawking, teknopreuneur kenamaan Elon Musk juga memiliki pendapat yang sama. Pendiri perusahaan inovatif Tesla dan SpaceX ini pun mengaku sangat khawatir dengan potensi berbahaya yang dimiliki oleh teknologi AI. Ia bahkan mengumpamakan AI sebagai 'setan yang sulit ditaklukan oleh manusia'.

Keadaan diperparah ketika baru-baru ini kejadian buruk yang melibatkan robot telah terjadi di Jerman. Nasib nahas harus dialami seorang pekerja teknisi di pabrik mobil Volkswagen (VW). Ia tewas saat sedang meng-install robot bersama koleganya di pabrik tersebut.

Robot tersebut menyerang dada kontraktor eksternal itu, kemudian mendorongnya ke sebuah piringan logam. Pria 21 tahun itu meninggal akibat luka parah yang dideritanya.

Jangan paranoid

Namun begitu, menurut Will Jackson selaku direktur perusahaan robotika asal Inggris, Engineered Arts, apa yang terjadi di Jerman tidak dapat digunakan sebagai contoh kasus bahaya ekosistem robot di tengah kedhidupan manusia.

"Hal tersebut bukan berarti robot sedang mencoba membunuh siapa pun, itu hanya merupakan sebuah kejadian yang melibatkan mesin bodoh dan korban berada di tempat dan waktu yang salah," ungkap Jackson seperti yang dikutip dari laman Business Insider, Selasa (14/7/2015).

Pihak VW sendiri telah melaporkan bahwa kematian yang berkaitan dengan robot sebenarnya jarang terjadi di pabrik produksi barat. Pasalnya robot selalu disimpan di dalam kandang keamanan untuk mencegah kontak tidak sengaja dengan manusia.

Dalam kasus ini, korban sedang berada dalam kandang keselamatan tersebut. Sedangkan koleganya yang berada di luar, selamat dan tidak terluka.

Seorang juru bicara Volkswagen menekankan bahwa robot tersebut bukan salah satu robot yang bekerja berdampingan dengan manusia. Ia juga memastikan robot itu berada di tempatnya dan tidak ada cacat teknis.

(dhi/isk)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini