Sukses

Tren BYOD Rugikan Karyawan?

Hampir 50% perusahaan di Amerika Serikat, Inggris dan Spanyol sudah memiliki kebijakan jelas terkait aturan kerja BYOD.

Liputan6.com, Jakarta - Di era perangkat mobile seperti sekarang ini, banyak perusahaan yang membebaskan karyawannya untuk bekerja langsung melalui perangkat pribadi mereka. Tren yang memungkinkan para pekerja untuk bekerja kapanpun dan di manapun ini dikenal dengan sebutan BYOD, alias bring your own devices.

Namun begitu, meski terlihat memberikan keuntungan, menurut hasil riset BI Intelligence, tren BYOD juga memberikan kerugian bagi para karyawan yang menerapkannya.

Pertama, biaya yang dikeluarkan untuk bekerja melalui smartphone atau tablet pribadi, khususnya untuk kebutuhan data internet tidak menjadi beban perusahaan. Melainkan beban pribadi karyawan.

Untungnya, data BI Intelligence menunjukkan bahwa hampir 50% perusahaan di Amerika Serikat, Inggris dan Spanyol telah memiliki kebijakan jelas terkait aturan kerja BYOD. Untuk itu, mayoritas karyawan yang bekerja secara BYOD di negara-negara maju tersebut mendapatkan tunjangan khusus dari perusahaan. 

Kedua, tren BYOD mendorong karyawan untuk bekerja melebihi jam kerja yang ditentukan. Menurut hasil survei 37% karyawan di AS menghabiskan waktu hingga 10 jam di luar waktu kerja untuk mengerjakan pekerjaan di perangkat mobile mereka.

Melihat kondisi ini, hasil riset BI Intelligence menyimpulkan bahwa perusahaan-perusahaan kini sudah harus memiliki regulasi yang jelas terkait tren kerja BYOD.

Selain dapat merugikan karyawan, tren BYOD bila tidak diorganisir dengan baik juga dapat menjadi malapetaka bagi perusahaan, khususnya di sektor keamanan sistem komputasi dan data sensitif perusahaan. Demikian seperti yang dilansir laman Business Insider, Selasa (14/7/2015).

(dhi/dew)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini