Sukses

Perangi Kelaparan, Startup ini Mengolah Buah yang Hampir Busuk

Siapa sangka, ternyata buah yang hampir busuk masih bisa diolah dan dimanfaatkan untuk kepentingan kemanusiaan.

Liputan6.com, Jakarta - Tesco, sebuah kelompok supermarket internasional, yang berkantor pusat di Inggris, merupakan kelompok ritel ketiga terbesar setelah Wal-Mart. Tahun lalu Tesco membuang lebih dari 100 juta pon makanan. Padahal, makanan tersebut dapat disumbangkan untuk kepentingan amal.

Sebuah startup yang berasal dari Swedia mengambil cara pandang yang berbeda. Daripada mencoba untuk memberikan buah-buahan segar yang hendak membusuk, mereka mengeringkan buah-buahan tersebut dan mengubahnya menjadi tepung bergizi dan lezat, yang mereka pasarkan dengan merek FoPo. Demikian seperti dikutip dari Fastcoexist, Selasa (18/8/2015).

Tepung ini dapat dicampur dengan air atau ditaburkan di yogurt atau es krim."Dengan mengeringkan buah-buahan, Anda memperpanjang umur simpan, yang awalnya sekitar dua minggu menjadi sampai dua tahun," kata Kent Ngo, salah satu pendiri dari FoPo. Buah-buahan ini diproses sedemikian rupa untuk mempertahankan 30%-80% nilai gizi aslinya.



Hal ini membuat proses logistik menjadi lebih sederhana, sehingga proses pengiriman makanan menjadi efisien. Tidak hanya untuk dapur umum lokal, tetapi juga kepada siapa pun yang berjuang melawan kelaparan di seluruh dunia.

"Dengan menggunakan buah-buahan kering kami juga menghilangkan kebutuhan untuk lemari es untuk menjaga umur makanan, yang kadang sangat penting bagi penduduk negara berkembang ketika listrik mati atau dalam situasi di mana tidak ada kulkas," kata Ngo menambahkan.

"Kita bisa mengolah buah-buahan tersebut sampai hari terakhir kedaluwarsanya," papar Ngo.  

"Kami mengumpulkan buah-buahan yang dianggap buah-buahan 'rejects', yang sebagian besar di antaranya terlalu matang, jelek, bentuknya tidak sempurna, atau berubah warna. Tetapi sebaliknya kami juga mengumpulkan buah-buahan dan sayuran sempurna yang dapat dimakan." ujar Ngo menegaskan.

Perusahaan yang didirikan oleh mahasiswa dari Lund University di Swedia ini melakukan uji coba produk mereka di musim panas ini di Filipina. Karena penyimpanan yang buruk dan transportasi, sejumlah besar makanan di Filipina terbuang. Pada saat yang sama, negara justru merasa putus asa untuk menyediakan kebutuhan makanan murah."Banyak orang di sini tidak punya cukup uang untuk membeli makanan untuk satu hari," kata Ngo.

"Jadi kita bertanya pada diri sendiri, di manakah di dunia ini tepung buah murah paling dibutuhkan?" Di negara rawan bencana dan yang rutin diserang angin topan, gempa bumi, dan banjir. Selain itu, para perusahaan juga percaya bahwa tepung terbilang murah, tapi bermanfaat untuk memberikan bantuan kemanusiaan ketika terjadi bencana.

Ngo dan kawan-kawannya bekerja sama dengan pasar lokal dan peternakan untuk mengumpulkan lemon, nanas, dan mangga, serta melakukan percobaan dengan proses pengolahan. Begitu aspek keamanan hasil olahan tersebut telah diuji sepenuhnya, mereka berencana untuk mulai menjualnya di toko-toko dan memasok dengan biaya rendah untuk organisasi nirlaba.

"Faktanya, sepertiga dari makanan yang diproduksi di dunia sedang dibuang, yang sebetulnya makanan itu akan lebih dari cukup untuk memberi makan seluruh penduduk," lanjut Ngo.

"Kadang-kadang buah dibuang karena kita terlalu manja, karena buahnya terlihat jelek, atau karena orang memasak terlalu banyak makanan. Kita tidak bisa berbuat apa-apa mengenai orang yang memasak terlalu banyak makanan. Tapi kami hanya bisa melakukan sesuatu tentang sisanya."

(why/cas)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.