Sukses

Google Gandeng Twitter untuk Buat `Artikel Kilat`

Google dan Twitter saat ini sedang bekerja sama dalam membantu para penghasil konten untuk menampilkan "artikel kilat".

Liputan6.com, Jakarta - Google dan Twitter saat ini sedang bekerja sama dalam membantu para penghasil konten untuk menampilkan "konten kilat" ke orang-orang yang menggunakan layanan mereka di ponsel. Demikian dikutip dari Recode, Sabtu (12/09/2015).

Rencana tersebut, yang seharusnya diluncurkan dengan sejumlah kecil penghasil konten di musim gugur ini, merupakan upaya untuk memudahkan para penghasil konten dalam menyalurkan kontennya ke perangkat mobile. Ini juga merupakan respons terhadap dorongan serupa dari Facebook, Apple dan Snapchat.

Menurut beberapa sumber, bentuk kerja sama ini memungkinkan pengguna Twitter atau pengguna pencarian Google yang mengklik tautan saat menggunakan ponsel mereka akan melihat konten penuh muncul di layar mereka dengan segera tanpa harus menunggu beberapa detik. Dengan kerja sama ini, Google dan Twitter menciptakan alat penghasil konten mereka sebagai sebuah proyek open source, dan berharap mampu meyakinkan beberapa perusahaan teknologi untuk mengadopsinya.

"Dunia membutuhkan jawaban atas konten kilat, dan Twitter dan Google bisa memberikan hal itu," kata seseorang yang akrab dengan ide tersebut. Berkenaan dengan hal ini, Google dan Twitter menolak berkomentar.

Perbedaan lain antara rencana Google dan Twitter dan proyek penghasil konten mobile lainnya adalah bahwa Google dan Twitter tidak akan menjadi tuan rumah bagi konten para penghasil konten. Sebaliknya, rencana tersebut menunjukkan kepada pembaca tembolok (cache) atas halaman web --dalam istilah Google, sebuah "snapshot" dari halaman web-- dari situs penghasil konten.

Perbedaan tersebut mungkin tidak terlalu berarti banyak bagi para pengguna, tetapi mungkin penting untuk penghasil konten dan perusahaan teknologi yang menampilkan produk-produk mereka, dan terutama untuk Google, yang sensitif terhadap tuduhan bahwa Google berusaha menjadi tuan rumah untuk lebih banyak konten daripada mengirim penggunanya pencarian untuk situs lain.

Para penghasil konten di Eropa, secara khusus, dengan tegas telah memusuhi praktik Google yang menempatkan potongan konten di hasil pencarian.

Adapun sisi positif lain untuk Google adalah bahwa halaman web bertembolok (cache) akan menampilkan iklan asli dari para penghasil konten di sebelah deskripsinya, kata seseorang yang telah membahas ide tersebut dengan Google. Secara teoretis, hal tersebut membuat iklan --yang bisa saja dilayani oleh Google, atau oleh vendor iklan lainnya-- menjadi lebih berharga.

Atau setidaknya hal tersebut membantu mereka mempertahankan nilai mereka. Ini penting untuk Google karena Facebook sebagai kompetitornya meraih peningkatan jumlah pasar iklan mobile.

Tidak seperti proyek-proyek seperti aplikasi Facebook Instant Articles atau aplikasi News besutan Apple yang akan datang, Google dan Twitter tidak akan menyajikannya sebagai produk bermerek. Secara internal, keduanya menggambarkan rencana itu sebagai "halaman mobile yang dipercepat," meskipun nama itu masih bisa berubah sebelum peluncuran. Google, Twitter dan para penghasil konten masih membahas istilah bisnis yang masih belum disepakati tersebut, kata orang-orang yang akrab dengan bahasan itu.

Adapun Facebook dan Apple memungkinkan para penghasil konten mengantongi 100 persen dari pendapatan atas iklan yang mereka jual di konten mereka, dan memberi para penghasil konten sebagian besar pendapatan iklan atas iklan yang dijual oleh platforms teknologi.

Faktanya, kerja sama yang Google dan Twitter jalankan --yang juga telah dilakukan sebelumnya-- cenderung menghasilkan lebih banyak rumor tentang kemungkinan Google yang akan mengakuisisi Twitter. Tapi, itu juga tidak berarti sebuah kesepakatan.

(why/dew)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini