Sukses

Teknologi di Sekolah Tak Menjamin Buat Siswa Makin Pintar

Teknologi memang dapat memperkuat pengajaran yang baik, tetapi teknologi yang hebat tidak dapat menggantikan pengajaran yang buruk.

Liputan6.com, Jakarta - Kehadiran komputer tidak meningkatkan hasil akademik anak-anak sekolah. Bahkan kehadiran komputer justru dapat menghambat performa mereka. Demikian menurut sebuah laporan yang menyoroti dampak teknologi di ruang kelas di seluruh dunia.

Menurut informasi yang dilansir Telegraph, Jumat (18/09/2015), laporan Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (Organisation for Economic Cooperation and Development, OECD) mengungkap bahwa teknologi tidak menghasilkan perbaikan akademik, meskipun hampir tiga perempat dari semua siswa yang disurvei di 64 negara berbeda mengatakan bahwa mereka menggunakan komputer di sekolah.

Faktanya, di negara-negara yang dilaporkan paling banyak menggunakan teknologi di dalam ruang kelas, seperti Spanyol, Swedia dan Australia, performa membaca siswa benar-benar menurun antara tahun 2000 dan 2012.

Di Korea Selatan dan Hong Kong, siswa menggunakan komputer rata-rata sekitar 10 menit di sekolah. Waktu tersebut hanya sebagian kecil dari jam penuh yang dihabiskan di internet oleh siswa Australia, misalnya. Sebaliknya, di negara-negara Asia di mana kurang dari setengah siswa dilaporkan menggunakan komputer di sekolah, performa siswa dalam membaca dan tes matematika berbasis komputer sangat mengesankan, sesuai dengan program penilaian OECD.

Menurut laporan British Educational Suppliers (BESA) yang diterbitkan bulan Januari lalu, sekolah-sekolah di Inggris diharapkan menghabiskan anggaran £ 623 juta di sektor Information and Communication Technology (ICT) pada tahun 2015. Dari angka tersebut, £ 95 juta di antaranya dihabiskan untuk perangkat lunak dan konten digital. Tapi perlu digarisbawahi, hal ini jelas tidak berkorelasi dengan performa para siswa yang lebih baik.

Temuan paling "mengecewakan" dari laporan itu, menurut direktur pendidikan OECD Andreas Schleicher, adalah bahwa teknologi tampaknya tidak berdampak dalam menjembatani kesenjangan keterampilan siswa.

"Sederhananya, memastikan bahwa setiap anak mencapai tingkat dasar kemahiran dalam membaca dan matematika tampaknya harus lebih banyak dilakukan untuk menciptakan kesempatan yang sama dalam dunia digital daripada yang bisa dicapai dengan memperluas atau menyokong akses ke perangkat dan layanan berteknologi tinggi," katanya dalam kata pengantar laporan tersebut.

Laporan tersebut tidak merekomendasikan untuk mengurangi penggunaan teknologi di kelas, melainkan menyarankan untuk memikirkan kembali bagaimana hal tersebut diterapkan.

"Pada akhirnya, teknologi dapat memperkuat pengajaran yang baik, tetapi teknologi yang hebat tidak dapat menggantikan pengajaran yang buruk," ungkap Schleicher.

(why/dew)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.