Sukses

CEO Bukalapak: Mendirikan Startup Tak Harus Jago TIK

Pendiri Bukalapak, Achmad Zaky, berharap startup Indonesia tidak dipandang sebelah mata.

Liputan6.com, Jakarta - "Background saya bukan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi), tapi berencana merintis startup, bisa gak ya?".

Pertanyaan semacam itu mungkin terlintas di benak sebagian orang yang berkeinginan mendirikan startup. Sebenarnya wajar saja karena persepsi startup lekat dengan citra perusahaan berbasis teknologi. Karena itu, mereka menganggap bahwa untuk mendirikan startup, harus memiliki latar belakang di bidang TIK.

Dalam sebuah sesi seminar di rangkaian acara IDByte 2015, Rabu (30/09/2015) sore, pendiri situs e-commerce terkemuka di Indonesia, Bukalapak.com, menyanggah anggapan itu.

"Itu mindset yang salah. Salah banget. Kalau saya pribadi, memang kebetulan punya backrgound di situ. Tapi kalau memang mau bikin startup, tidak harus begitu kok. Contohnya, Jack Ma, pendiri Alibaba. Ada yang tahu backrgound dia apa? Dia itu guru bahasa Inggris," tutur Achmad Zaky dengan penuh semangat.



Selain itu, tambah Zaky, bos Apple sekelas Steve Jobs pun tidak terlalu pandai dan bukan seorang genius di bidang komputer. Tapi sekarang, kita tahu bahwa Apple menjadi perusahaan teknologi yang sangat disegani.

Bicara soal reputasi startup Indonesia di mata dunia, Zaky berharap bahwa startup Indonesia tidak dipandang sebelah mata. Karena itu, ia mengimbau para pelaku atau orang-orang yang berniat merintis startup supaya bersungguh-sungguh.

Jika kelak sebuah startup dinilai punya reputasi bagus, orang-orang di dalamnya dipastikan punya skill, pengalaman, dan pengetahuan yang bagus pula. Seandainya mereka sudah mengantongi cukup banyak dari ketiga hal itu, lalu berencana mendirikan startup sendiri, mereka pun nantinya akan membuat startup yang bagus juga.

(Why/Dew)*

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini