Sukses

Melongok Negeri Tirai Bambu Lewat Instagram

Ketika para fotografer di berbagai negara bisa dengan bebas memamerkan karya mereka di internet, tidak begitu dengan Tiongkok.

Liputan6.com, Jakarta - Ketika para fotografer di berbagai negara bisa dengan bebas memamerkan karya mereka di internet, tidak begitu dengan Tiongkok. Keterbatasan fotografer di negara itu untuk menjangkau audiens internasional disebabkan karena ketatnya pengawasan terhadap layanan internet asing, salah satunya Instagram.

Ketidakbebasan fotografer di Tiongkok, dirasakan oleh dua jurnalis foto veteran, Kevin Frayer dan Fred Dufour. Kevin pindah ke Tiongkok 2 tahun lalu, sedangkan Fred adalah jurnalis foto asal Prancis yang bekerja untuk Agence France-Presse di Beijing.

Keduanya ingin melihat lebih banyak karya dari fotografer profesional di Tiongkok, tapi sayangnya tidak ada forum profesional untuk saling unjuk gigi. Hingga akhirnya, mereka bersama sejumlah fotografer asing dan lokal meluncurkan akun Instagram @eyesonchinaproject pada Juni 2015.

"Tiongkok sangat unik. Ini adalah negara yang menarik, sangat dinamis dan besar, sehingga sangat tidak mungkin bagi satu orang untuk membuat narasi visual yang besar," ujar Frayer seperti dikutip dari Times.

Peluncuran akun ini terbilang menarik karena Instagram sebenarnya diblokir di Tiongkok, sama seperti perusahaan induknya yaitu Facebook. Dengan demikian, hanya bisa diakses jika menggunakan Virtual Private Networks (VPN) atau proxy.

Akun @eyesonchinaproject ternyata mendapatkan sambutan hangat dari netizen. Tanpa promosi khusus dan saat berita ini ditulis, @eyesonchinaproject memiliki 21,4 ribu followers.

Khawatir terlalu banyak peraturan dapat membuat jengah para fotografer di @eyesonchinaproject, Frayer tidak menerapkan batasan apapun kecuali soal jadwal posting. Akun tersebut juga tidak memiliki kurator, sehingga semua fotografer bisa mempublikasikan hasil jepretan mereka secara langsung. "Saya pikir cara ini adalah kunci kesuksesan @eyesonchinaproject," sambungnya.

Banyak fotografer dalam proyek ini sebenarnya telah memamerkan karya mereka di luar negeri. Tapi kolaborasi ini membawa karya mereka ke audiens yang lebih luas.

"Akun Instagram ini menunjukkan kita jendela ke dalam sebuah tempat yang sebelumnya tidak pernah dilihat orang lain. Dan jika kita melihatnya lebih banyak, maka akan benar-benar menarik," tambah Frayer.

Keterbatasan akses terhadap layanan asing, seperti Instagram dan Twitter ternyata tidak terlalu dipedulikan oleh para fotografer. Mereka lebih fokus pada pekerjaan dan momentum kreatif yang tercipta dari proyek mereka.

"Ini adalah kompetisi yang positif. Kadang ego tidak bisa dihindari ada di dalam diri fotografer, dan mungkin ada yang ingin mempublikasikan banyak foto ke akun. Tapi hal seperti itu tidak terjadi di sini," ungkap Dufour kepada BBC,  seperti dikutip Rabu (14/10/2015).

Ada banyak foto yang menunjukkan momen mengejutkan dalam kehidupan biasa di Tiongkok melalui @eyesonchinaproject, seperti gambar sekelompok pria bermain kartu dengan celana renang di sore hari saat musim panas di Beijing. Secara keseluruhan, @eyesonchinaproject mendokumentasikan kehidupan sehari-hari di Negeri Tirai Bambu.

(din/isk)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini