Sukses

Sistem Battlefield Buatan Anak Bangsa Terinspirasi Kisah Nyata

Sistem di BMS memiliki protokol dan enskripsi buatan sendiri sehingga kerahasiaan manuver pasukan hanya diketahui dan diterima oleh mereka.

Liputan6.com, Bandung - Salah satu produk andalan PT Hariff Daya Tunggal Engineering, yang pada hari ini melakukan demo produknya di hadapan Menteri Pertahanan dan jajarannya, adalah Battlefield Management System (BMS).

"Inspirasi BMS ini dari kejadian nyata. Dulu ada pasukan yang baku hantam dengan temannya sendiri di medan perang. Itu terjadi karena sistem yang digunakan pasukan tersebut tak mampu bedakan mana teman, mana lawan, saat di medan perang," terang Budi Permana, Presiden Direktur PT Hariff, kepada awak media, Senin (7/12/2015) di Bandung.

Diungkapkan Budi, BMS yang dikembangkan ia dan koleganya dapat mencegah terjadinya hal demikian.

Yang terpenting, karena semua sistem di BMS dikembangkan dengan protokol dan enkripsi data buatan sendiri, kerahasiaan manuver pasukan dan komunikasi data hanya dapat diketahui dan diterima oleh pasukan sendiri. Atau secara teknis, hal itu dikenal dengan istilah 'no interception' dan 'no backdoor'.

"Melalui jalur komunikasi yang sudah ada, saat sistem menyala, layar pos komando dan kendali taktis, serta markas besar, dapat mengetahui apa yang terpantau oleh pasukannya di lapangan, tapi pihak luar gak akan tahu," ujar Budi bersemangat.

Battlefield Management System Buatan PT Hariff.

BMS ini sudah diuji coba pada Oktober 2014 lalu, yaitu di dalam Panser Anoa, di dalam Tank Marder, dan di dalam Main Battle Tank (MBT). Lalu hal yang menarik adalah, BMS sudah diajarkan, atau menjadi bagian dari kurikulum di Pusat Pendidikan Kavaleri TNI Angkatan Darat.

Baca Juga

Kemudian yang terakhir, meski komponennya masih dibeli dari luar, Budi menegaskan bahwa pihaknya tidak mengkhawatirkan soal embargo, jika suatu saat negara yang menjual komponen tersebut tiba-tiba berseberangan dengan Indonesia.

"Komponen ini memang dari luar, tapi bukan berarti kita bergantung ke satu negara saja. Misalnya, kalau suatu negara yang komponennya kita pakai menetapkan embargo, ya kita tinggal cari ke negara lain saja karena di luar komponen seperti ini banyak," terang Budi.

(Why/Cas)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini