Sukses

Dianggap Tak Mampu Bersaing, Saham Fitbit Merosot

Saham Fitbit, vendor perangkat pelacakan kebugaran, turun karena investor khawatir Fitbit tak dapat bersaing dengan vendor wearable lainnya

Liputan6.com, Jakarta - Saham Fitbit, pembuat perangkat pelacakan kebugaran populer, tenggelam 18 persen pada Selasa (5/1/2016) kemarin, karena investor mengkhawatirkan kemampuannya untuk bersaing dengan Apple dan pembuat wearable device lainnya.

Penurunan saham tiba-tiba ini, tak sejalan dengan harapan perusahaan yang pekan ini meramaikan Consumer Electronic Show (CES) 2016, di Las Vegas, Amerika Serikat.

Sebelumnya, menurut informasi yang dihimpun dari New York Times, Rabu (6/1/2016), Fitbit memperkenalkan Fitbit Blaze, sebuah jam kebugaran seharga US$ 200, yang akan tersedia pada Maret mendatang. Perangkat itu dibanderol lebih murah dari Apple Watch, yang dibanderol mulai dari US$ 350, tergantung fitur dan modelnya.

Enam bulan lalu, Fitbit melakukan penawaran umum perdana yang kuat, sehingga valuasi atau nilai perusahaannya mencapai US$ 4,1 juta pada debut pasarnya.

Sahamnya telah diperdagangkan mendekati US$ 52 per lembar saham pada musim panas ini, namun ditutup di angka US$ 24,30 per lembar saham pada Selasa (5/1/2015). Ancaman dari dominasi Apple telah mengubah pasar.

Menurut perusahaan riset International Data Corporation, pangsa pasar Fitbit untuk wearable device merosot hingga 22 persen pada kuartal III 2015, sedangkan di kuartal sama 2014 pangsa pasarnya masih di angka 33 persen. Namun pangsa pasar Apple, yang memperkenalkan jam tangan pintarnya pada kuartal kedua 2015, sudah naik 18,6 persen pada kuartal ketiga.

"Lebih dari US$ 1 miliar kapitalisasi pasar berkurang berdasarkan keprihatinan ini, yang kami pikir adalah reaksi berlebihan," jelas Robert S Peck, seorang analis di SunTrust Robinson Humphrey.

Fitbit juga telah terlibat dalam sengketa paten dengan pesaingnya, termasuk Jawbone. Meskipun terlalu dini untuk mengatakan bahwa kasus tersebut akan menimbulkan dampak, Peck menekankan bahwa investor tidak menyukai ketidakpastian.

Beberapa analis mengatakan, dalam jangka panjang, smartwatch tidak akan menggerogoti pasar pelacak kebugaran, melainkan akan menarik konsumen baru, terutama di Tiongkok dan pasar luar negeri lainnya.

(Why/Cas)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.