Deteksi Gempa dengan Aplikasi Android MyShake

Liputan6.com, California - Sekelompok peneliti telah berhasil mengembangkan sebuah aplikasi ponsel yang mampu mendeteksi gempa bumi. Saat ini, aplikasi bernama MyShake tersebut bisa dipasang pada perangkat bersistem operasi Android. Lalu dalam waktu dekat ini MyShake akan dapat digunakan pada ponsel berbasis iOS.

MyShake dikembangkan oleh tim peneliti dari Universitas Berkeley California. Aplikasi ini dikembangkan dengan algoritma khusus yang memanfaatkan akselerometer dengan sensor yang mampu menangkap gerakan yang dipasang pada ponsel Android.

Sensor ini mampu menangkap gerakan seismik berkekuatan di atas 5 skala Richter dalam radius lebih dari enam mil atau 10 kilometer.

Berdasarkan informasi yang dikutip dari Tech Times, Kamis (18/2/2016), sensor tersebut dihubungkan dengan GPS yang memang telah ada di setiap ponsel pintar. Dengan demikian, aplikasi tersebut akan menemukan lokasi terjadinya pergeseran tektonik atau jalur patahan.

Selanjutnya, data guncangan akan dikirimkan ke Laboratorium Seismologi Berkeley untuk dianalisis dan memastikan tindakan pencegahan apa yang harus diambil. Hebatnya, aplikasi ini juga mampu bekerja dengan daya rendah. Karenanya, jika sewaktu-waktu MyShake mendeteksi gempa bumi, baterai ponsel tidak akan cepat habis.

Project Leader MyShake, Richard Allen, mengungkapkan MyShake tidak menggantikan peran lembaga pendeteksi gempa seperti US Geological Survey, UC Berkeley, University of Washington, dan Caltech.

"Kami berpikir kehadiran MyShake mampu memberi peringatan dini yang lebih cepat jika terjadi gempa, terutama pada daerah yang tidak dijangkau oleh lembaga pendeteksi gempa tersebut," Allen.

Aplikasi ini mungkin berguna bagi mereka yang tinggal jauh dari daerah patahan aktif, yang biasanya tidak terjadi gempa. Misalnya, guncangan yang terjadi pada 2 Januari 2016 di New Jersey, atau yang mengguncang New Jersey pada 2011 yang getarannya terasa hingga kota New York. Sebagai informasi, aplikasi MyShake sudah bisa diunduh di Play Store sejak 12 Februari 2016.

(Tin/Why)