Sukses

Usai Bicara dengan Jack Ma, Bos Studio Gim Ini Mulai Perampingan

Dengan perjalanan hampir 15 tahun, Giant tampil sebagai developer dan publisher gim Tiongkok terbesar dengan Shi Yuzhu sebagai pimpinannya.

Liputan6.com, Jakarta - Berdiri sejak November 2001, Giant Interactive Group Inc sudah menelurkan 15 gim (game) dengan ZT Online 2 sebagai massively multiplayer game (MMO) paling sukses di daratan Tiongkok.

Dengan perjalanan hampir 15 tahun, Giant tampil sebagai salah satu developer dan publisher gim terbesar dari Tiongkok dengan Shi Yuzhu sebagai "kepala naga" dan salah satu entrepreneur paling dihormati.

Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, kesuksesan Giant makin redup dengan mulai banyaknya bermunculan developer dan publisher gim lainnya seperti Tencent dan Netease.

Merasa 'jalan di tempat', Shi Yuzhu memangkas susunan manajemen dengan memecat beberapa pimpinan dan menaikkan gaji staf di R&D. Tidak hanya itu, Shi Yuzhu pun berniat mengadopsi budaya serigala setelah beberapa waktu lalu dirinya bertemu dengan founder Alibaba Jack Ma.

Mengutip informasi dari Tech in Asia, Senin (18/4/2016), dalam obrolannya bersama Ma, Shi berniat akan mengadopsi empat aspek budaya serigala.

Hal pertama adalah perusahaan harus mengetahui risiko, bukannya menghindari risiko. Perusahaan juga harus memiliki hidung yang bagus untuk 'mencium' berbagai kesempatan di pasar.

Berikutnya, Shi akan meminta para karyawannya untuk mampu menyerang 'mangsa' secara spontan di saat yang tepat --layaknya gerombolan serigala yang menyerang mangsa bersamaan tanpa harus menunggu perintah dari pimpinannya.

Terakhir, Shi menjelasakan, bilamana perusahaan dapat berjalan dengan baik, karyawannya harus bekerja sama sebagai tim secara intuitif layaknya kumpulan serigala yang membantu dan menolong satu sama lain.

Selain mendapat 'wejangan' tentang budaya serigala dari Jack Ma, Shi mendapatkan sedikit peringatan budaya kelinci yang dapat mengancam perusahaan salah satu gim terbesar di Negeri Tirai Bambu tersebut dari dalam.

Ma mengatakan budaya kelinci berbeda dengan budaya serigala. Jika serigala menyerang dalam bentuk kelompok dan terang-terangan, kelinci malah rukun dan banyak disukai banyak orang. Jika dibiarkan, karyawan yang sudah terpengaruh akan membuat 'sarang' yang akan menghabiskan sumber daya di dalam perusahaan.

(Ysl/Why)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.