Sukses

5 Fakta Perang Dingin Indosat Ooredoo Vs Telkomsel

Berikut ini 5 fakta perang dingin antara Indosat Ooredoo vs Telkomsel.

Liputan6.com, Jakarta - Seperti yang diketahui, belum lama ini beredar foto-foto di media sosial soal aktivitas kampanye Indosat Ooredoo yang menyudutkan pesaing beratnya, Telkomsel.

Dalam kampanye below the line (BTL) tersebut, terlihat spanduk yang bertuliskan, "Gratis kartu IM3 Ooredoo di sini!!! Cuma IM3 Ooredoo nelpon Rp 1/detik. Telkomsel? Gak mungkin."

Ada pula poster berseri yang menampilkan kalimat, "Saya sudah buktikan nelpon ke Telkomsel Rp 1/detik. Nelpon Simpati gak mikir lagi kalo pake IM3 Ooredoo Rp 1/detik. Saya sudah terbebas dari tarif yang ribet."

Juga ada poster yang bertuliskan, "Tarif Telkomsel bikin kantong bolong. Makanya pake IM3 Ooredoo." Dari fakta-fakta tersebut, bagaimana tanggapan dari pihak Indosat Ooredoo maupun Telkomsel dan regulator?

Berikut ini 5 fakta perang dingin antara Indosat Ooredoo vs Telkomsel:

1. Pengakuan CEO Indosat Ooredoo

Alexander Rusli, Presiden Direktur dan CEO Indosat Ooredoo, membenarkan bahwa foto-foto tersebut merupakan bagian dari kampanye below the line (BTL).

Namun, pria yang akrab disapa Alex ini membantah bahwa aktivitas kampanye tersebut adalah iklan.
CEO dan Presiden Direktur Indosat Ooredoo, Alexander Rusli
Spanduk itu bertuliskan sindiran terhadap tarif seluler Telkomsel yang dinilai mahal, baik itu tarif SMS, telepon, dan internet. Kampanye ini mengajak pengguna untuk beralih ke layanan IM3.

2. Alasan Indosat "Serang" Telkomsel

Alex berujar bahwa pihaknya memiliki alasan tersendiri terkait kampanye tersebut. Menurut dia, pihak Telkomsel yang memulai "perang" lebih dulu dengan Indosat.

Pada screenshot di bawah, tim sales Telkomsel berupaya menjegal pemasaran kartu SIM Indosat Ooredoo dengan memboyong seluruh kartu SIM Indosat yang masih disegel.

"Apa boleh seperti itu (mengacu ke screenshot di atas)?" tanyanya. Menurut Alex, kompetisi para operator di lapangan tidak seperti yang dilihat banyak orang.

"Kondisi kompetisi tidak seideal yang selama ini dibicarakan. Mereka perang di lapangan, kita perang pesan," ujar Alex dihubungi tim Tekno Liputan6.com, Jumat (17/6/2016).

Maka itu, pihaknya berharap agar pemerintah dapat membuat kebijakan yang dapat mengatur kompetisi industri agar lebih sehat.

"Jika regulasi tidak bisa membantu, pada akhirnya operator cuma tinggal satu. Anyway, we are the fighting brand," ucapnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tanggapan Telkomsel

3. Tanggapan Telkomsel

Vice President Corporate Communications Telkomsel Adita Irawati mengatakan akan melakukan pengecekan terlebih dahulu mengenai keaslian materi tersebut.

"Mengenai adanya foto dan screen capture yang beredar mengenai aktivitas kompetisi di lapangan, kami harus melakukan pengecekan terlebih dahulu mengenai keaslian materi tersebut. Apabila memang terbukti, maka akan dilakukan tindakan sesuai ketentuan perusahaan," ujar wanita yang akrab disapa Dita tersebut melalui pesan singkat.
Ilustrasi BTS Telkomsel (Liputan6.com/Sangaji)
"Telkomsel selalu berpegang pada prinsip tata kelola perusahaan yang baik dan patuh pada ketentuan yang berlaku. Selain itu dalam berkomunikasi kepada khalayak kami juga selalu berpegang pada norma dan etika serta menghormati pihak lain," sambungnya.

Dita menuturkan, kompetisi bisnis adalah hal yang biasa dan bahkan bisa membuat industri lebih sehat serta memberi manfaat bagi masyarakat luas. Akan tetapi, kompetisi perlu dijaga agar tetap berpegang pada aturan dan etika sehingga tidak justru merugikan masyarakat.

4. Menkomifo Minta BRTI Panggil Operator

Menanggapi perang tarif yang dilakukan operator telekomunikasi dan promosi layanan dengan menjelekkan operator lain, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara bakal mengambil tindakan.

Pria yang akrab disapa Chief RA itu akan meminta klarifikasi masalah ini melalui Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI).
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara usai menghadiri Buka Puasa Smartfren Bersama Anak Yatim di kantor pusat Smartfren, Jakarta, Kamis (16/6/2016) kemarin. (Liputan6.com/Agustin Setyo Wardani
"Saya akan konfirmasikan ke BRTI, minta undang operator untuk klarifikasikan. Karena sebenarnya ada dua isu, pertama isu substantif mengenai tarif. Kalau memang demikian, apakah ini sesuatu yang substansial atau tidak, atau hanya gimmick. Kedua adalah cara berpromosi, itu tentunya masalah etika dan sebagainya," ujar Rudiantara belum lama ini.

Lebih lanjut, ia mengatakan, pemerintah harus memperhatikan bahwa kompetisi yang dilakukan operator harus adil dan bersifat jangka panjang.

3 dari 3 halaman

Menkominfo Buka Suara

5. Menkominfo Buka Suara

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara menuturkan telah meminta Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) untuk klarifikasi pada dua operator tersebut.

Menurutnya, ada dua isu utama yang menonjol dari masalah tersebut. Pertama, soal tarif yang ditawarkan apakah benar adanya dan menjamin bisa berkelanjutan.
Menkominfo Rudiantara menghadiri Rapat Kerja dengan Komisi I DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (18/4). Rapat tersebut salah satunya membahas mengenai laporan izin penyelenggaraan stasiun TV dan radio di Indonesia (Liputan6.com/Johan Tallo)
Hal itu penting karena industri itu seharusnya bisa berkesinambungan. Di satu sisi, memang bisa memberikan pilihan untuk masyarakat tapi jangan sampai menyesatkan konsumen. Hal lain yang juga penting adalah masalah komunikasi, yakni lebih ke persoalan etika periklanan. Pun demikian, ia tak menampik kompetisi itu terjadi dalam bisnis.

Menyoal aturan yang menyinggung tarif dari operator, Menkominfo Rudiantara menuturkan bahwa pemerintah tak perlu mengatur sampai detail.

"Biarkan saja ada kompetisi, yang perlu diatur itu adalah koridornya, dalam hal ini adalah biaya interkoneksi. Tarif interkoneksi sendiri perlu diatur karena menjadi rujukan harga jual," ujarnya.

(Isk/Why)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini