Sukses

Mengenal Lebih Dalam Soal Bedah Saraf Dengan Teknologi Sinema 3D

Prof. Eka Julianta Wahjoepramono menuturkan cara ini mendukung pembelajaran bedah saraf yang lebih menarik dan mudah dimengerti

Liputan6.com, Jakarta - Siapa sangka, ternyata sinema tiga dimensi (3D) tidak hanya dapat digunakan untuk sekadar menonton film. Tampilan video tiga dimensi ternyata juga bisa dipakai sebagai bagian dari pembelajaran di bidang kedokteran, salah satunya operasi bedah saraf.

Metode pembelajaran yang tergolong baru tersebut digagas oleh Prof. Eka Julianta Wahjoepramono, seorang dokter di Rumah Sakit Siloam Hospital. Ia mengadakan sebuah kuliah umum mengenai operasi bedah saraf yang disajikan dalam format video 3D.

Sama seperti video 3D pada umumnya, peserta kuliah dapat merasakan pengalaman seolah-olah sedang berada langsung di tempat kejadian, yang dalam hal ini adalah operasi bedah saraf. Pengalaman itu yang ingin dihadirkan Eka lewat kuliah tersebut.

"Idenya adalah agar para mahasiswa seolah-olah berada persis seperti sedang ada di kamar operasi," ujarnya saat ditemui di sela-sela acara 3D Cinema Lecturer in Neurosurgical Anatomy di Cinemaxx Lippo Village, Tangerang, Sabtu (13/8/2016).

Lewat metode ini juga diharapkan para mahasiswa dan peserta kuliah ini bisa lebih mudah dimengerti. Di samping itu, tak tertutup kemungkinan bagi mahasiswa yang ingin fokus ke bidang saraf otak dapat, metode ini dapat memberi kesan lebih menarik dan juga efektif.

Kuliah yang diselenggarakan oleh fakultas kedokteran Universitas Pelita Harapan ini akan menghadirkan pembahasan mengenai neuroanatomi (bedah anatomi), pendekatan dan sudut pandang pembedahan, kelainan tumor otak dan vascular lessions, angio-architecture dan biopathology pembuluh otak, tactics skull-base, serta manajemen pembedahan.

Animo peserta yang datang ke acara tersebut juga cukup baik. Eka menuturkan peserta tak hanya datang dari kalangan mahasiswa, tapi juga beberapa dokter. Bahkan, tak sedikit peserta yang hadir berasal dari negara lan.

"Banyak peserta lain yang juga hadir dari India dan beberapa negara lain. Mereka datang karena penasaran dengan konsep yang ditawarkan, karena belum pernah menemukan metode serupa di negaranya masing-masing," ujar pria yang juga berposisi sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan tersebut.

Acara 3D Cinema Lecturer Neurosurgical Anatomy ini diadakan mulai 13 sampai 14 Agustus 2016. Eka berharap acara serupa dapat kembali diselenggarakan dengan kemungkinan topik bahasan yang berbeda.

(Dam/Ysl)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini