Sukses

Fitur-Fitur Smartphone yang Paling Sering Dipakai Orang Indonesia

Fitur chatting dari OTT menjadi yang tersering digunakan oleh pengguna smartphone pada 2016, setelah berada di urutan kedua pada survei 2013

Liputan6.com, Bandung - Lembaga riset Telematika Sharing Vision, Bandung, merekomendasikan operator seluler di Indonesia meniru operator luar yang memilih kian bersinergi dengan over the top (OTT), khususnya penyedia layanan chatting dan media sosial gratisan.

Dimitri Mahayana, Chief Lembaga Riset Telematika Sharing Vision, Bandung, mengatakan, operator seluler Prancis, Bouygues Telecom, menandatangani perjanjian dengan Spotify pada Desember 2014.

Dengan perjanjian ini, layanan musik streaming itu dapat mendukung paket layanan menarik operator serta Spotify bisa mengakses 10 juta pengguna Bouygues yang potensial langganan.

"Movistar, operator seluler Spanyol dan HBO menandatangani perjanjian yang memungkinkan Movistar menyiarkan tayangan seri unggulan HBO, yaitu Game of Thrones, Boardwalk Empire, dan Girls di layanan video on demand Movistar," katanya kepada Tekno Liputan6.com di Bandung belum lama ini.  
​Dimitri Mahayana, Chief Lembaga Riset Telematika Sharing Vision. Liputan6.com/Muhammad Sufyan Abdurrahman
Bahkan di Asia Tenggara, kata dia, Dtac, Thailand dan Facebook menjalin kerja sama agar akses Facebook lebih terjangkau untuk para penggunanya. Yakni akses gratis untuk layanan Facebook hingga enam bulan.

Hal ini penting atas dua alasan. Pertama, di negara yang memilih memblokir, seperti Brasil blokir WhatsApp, China (Line dan Kakao Talk), serta Iran (WhatsApp, Tango, dan WeChat) pada akhirnya mengalami stagnasi komunikasi bagi warganya.

"Sebab pada dasarnya semua OTT bermain di ranah yang belum diatur regulasi. Itu membuat laju mereka fleksibel, bisa menawarkan semuanya cuma-cuma dan masyarakat di mana pun senang yang gratisan," kata pria yang juga Dosen Sekolah Teknik Elektro Informatika ITB ini.

Alasan kedua, sambung dia, fitur chatting dari OTT memang menjadi yang tersering digunakan oleh pengguna smartphone pada 2016, setelah berada di urutan kedua pada survei tahun 2013.

Survei terbaru Telematika Sharing Vision pada awal 2016 kepada 143 responden menunjukkan chatting nomor satu dalam respon jawaban terbuka sebesar 76,2%. Diikuti browsing (62,9 persen), media sosial (59,4 persen), telepon (38,5 persen), kamera (27,3 persen), dan musik (25,2 persen).

Tiga tahun lalu, kata Dimitri, browsing urutan pertama (93,6 persen), chatting (88,5 persen), SMS (85,9 persen), e-mail (79,5 persen), telepon (69,2 persen), dan gim (16,7 persen).

"Jika lebih ditelisik lagi, pengguna yang memiliki grup chatting terbanyak adalah 4-6 grup atau sebesar 41 persen. Yang punya 1-3 grup tergolong sedikit yakni 19 persen dari total responden kami," katanya.

Maka, dengan perubahan pola prilaku tersebut, ini sejalan dengan data prediksi global. Yakni potensi kerugian operator telekomunikasi disebabkan aplikasi voice dari Skype, Lync, WhatsApp, dan lainnya pada periode 2012-2018 mencapai US$ 386 miliar.


Fitur smartphone yang paling banyak dipakai orang Indonesia (Telematika Sharing Vision)

"Di sisi lain, pendapatan SMS global turun hingga 70 persen. Pada 2018, data khusus Asia Pasifik saja, pendapatan dari SMS US$ 31 miliar atau turun dari pendapatan di regional tersebut tahun 2013 sebesar US$ 38 miliar," sambungnya.

Masih mengacu riset tersebut, gejala ke arah sana sudah terlihat karena jumlah SMS terkirim saat ini di dunia mencapai 22 miliar per hari sementara pesan melalui aplikasi chatting sudah mencapai 88 miliar per hari atau empat kali lipatnya.

Secara makro, lanjut Dimitri, situasi ini tidak terelakkan karena penetrasi smartphone secara global akan mencapai 25,3 persen.

Dari angka ini, 86,3 persen mengaku menggunakan aplikasi pihak ketiga secara aktif alias motivasi pembelian ponsel cerdas memang untuk gunakan mobile apps.

"Karena itulah, pendapatan SMS dan telepon operator seluler akan terus turun, namun di sisi lain mobile apps mendorong kebutuhan pelanggan atas layanan data. Namun karena internet itu layanan pipa, maka sangat mudah terkomoditisasi menuju tarif relatif murah, sehingga margin operator tipis namun meningkatkan valuasi dan pendapatan OTT," tutupnya. 

(Msu/Isk)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.