Sukses

Jika Harga SBC Sudah Rp 53 Ribu, IoT Akan Booming

Liputan6.com, Bandung - Salah satu komponen utama layanan Internet of Things (IoT) yakni Single Board Computer (SBC) yang relatif mahal, cukup menjadi kendala perluasan layanan secara massal.

Budi Rahardjo, Dosen Sekolah Teknik Elektronika ITB, yang juga Tokoh Internet Indonesia, mengatakan, SBC saat ini memang sudah makin murah dengan spesifikasi unggul di kisaran US$ 9 atau sekitar Rp 119.000.

"Ini sekitar 150 ribu rupiah. Turun jauh dari beberapa tahun silam, karena SBC minimal Rp 1 juta. Tapi buat pasar Indonesia, ini masih tetap jadi isu," katanya kepada Tekno Liputan6.com di Bandung seusai acara CodeMeetUp #78 di Digilife, Bandung, Senin (22/8/2016).
Budi Rahardjo (kanan) tengah membicarakan SBC setelah acara CodeMeetUp #78 di Digilife, Bandung. Liputan6.com/Muhammad Sufyan Abdurrahman
SBC atau komputer mini tersebut, paling banyak dikenal dengan merek Raspberry Pi. Namun produk terbaru seperti GetChip harganya sudah US$ 9, itu pun sudah bisa langsung jalankan Linux di atasnya plus memiliki Bluetooth 4.0.

Akan tetapi, kata dia, harga sebaiknya dalam rentang US$ 1 hingga US$ 5 atau di bawah Rp 100 ribu per unit. Jika ini sudah terealisasi, maka psikologis harga konsumen Indonesia sudah tercapai.

"Secara natural memang akan turun. Mengacu hukum Moore, harga akan turun sendiri 50% dalam empat tahun, jadi SBC bisa kisaran US$ 4 atau sekitar Rp 53 ribu pada tahun 2020. Dan ini akan lebih cepat jika pengguna banyak," katanya.

Menurut Budi, Rapsberry Pi pun tak ada yang menyangka harganya seterjangkau sekarang. Itu artinya pengguna secara global terus bertambah, demikian pula dengan kehadiran vendor lainnya.

"Di Indonesia juga yang saya tahu sudah ada yang produksi papan SBC ini. Contohnya di Bandung ada DyeCodeX. Ini gejala yang baik karena industri elektronika berdenyut lagi," katanya.

Budi Rahardjo mengaku sempat gamang, karena sebelum ramai IoT sekarang, ilmu dan industri elektronika Indonesia mati suri saking minimnya implementasi penggunaannya di masyarakat.

Dengan IoT dan M2M, banyak teknisi dan peminat elektronik kembali 'ngoprek' barang berbasis elektronika. Bedanya kali ini disinergikan dengan ilmu pemrograman sehingga fungsinya akan lebih tajam.

(Msu/Isk)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.