Sukses

Terapkan Open Data, Bojonegoro Jadi Kota Sejajar Paris dan Seoul

Bojonegoro, kabupaten di Jawa Timur, terpilih sebagai kota di Indonesia yang menjadi percontohan Open Government Partnership di dunia

Liputan6.com, Jakarta - Kabupaten Bojonegoro dapat disejajarkan dengan kota-kota besar di dunia seperti Paris (Prancis) dan Seoul (Korea Selatan).

Dikatakan demikian karena Bojonegoro, salah satu kabupaten di Jawa Timur ini terpilih sebagai kota di Indonesia yang menjadi pilot project (percontohan) Open Government Partnership (OGP) di dunia.

Bupati Bojonegoro Suyoto ketika ditemui Tekno Liputan6.com di Jakarta, Selasa (30/8/2016) kemarin mengatakan semua ini berkat open data atau transparansi data yang dilakukan pemerintah Bojonegoro.

Suyoto yang akrab disapa Kang Yoto ini mengungkapkan beberapa tahun sebelumnya, Bojonegoro merupakan daerah yang sering banjir serta penuh dengan masalah.

"Dulu kami tak tahu kapan banjir, sekarang kami tahu karena kami mempelajari data dan menggunakan aplikasi Simtapat (Sistem Informasi Tanam dan Panen Tepat) kami jadi tahu kapan waktu tanam dan panen," katanya.

Menurut Kang Yoto, Simtapat memungkinkan untuk melakukan penghitungan air, kebutuhan pupuk serta berbagai informasi lain yang berkaitan dengan kebutuhan pertanian.

Setelah diterapkan, open data berhasil menaikkan hasil panen padi dari yang semula 750 ribu ton menjadi 970 ribu ton pada 2016. Bukan hanya itu, daerah banjir yang semula jadi masalah pun bisa jadi tempat wisata dengan pengelolaan yang baik.

"Dengan data, kami bisa tahu kapan banjir akan datang, dan kami menjadikannya sebagai tempat agrowisata. Jadi saat musim kemarau bisa lihat kebun, saat banjir bisa naik perahu. Bahkan 113 ribu orang datang ke agrowisata tersebut," ujarnya.

Menurutnya, kuncinya ada pada transparansi data yang dilakukan pemerintah Kabupaten Bojonegoro.

"Jadi datanya kami open, data bisa diakses oleh semua orang. Apa saja diunggah dan siapa saja bisa membukanya. Jadi daripada menjelaskan, lebih baik kita open datanya, orang bisa mengecek data apa saja yang dibutuhkan," jelas Kang Yoto.

Jika data bisa dilihat oleh semua orang, kinerja pemerintah dan satuan kerja terkait menjadi terbuka dan diawasi banyak orang.

Selain itu, karena keterbukaan data, kini banyak pihak yang berpartisipasi untuk memberikan solusi di Kabupaten Bojonegoro. Sejauh ini, ada 53 aplikasi tersedia untuk memberi solusi bagi berbagai permasalahan di Bojonegoro di mana, separuh dari aplikasi itu dibuat oleh berbagai pihak.

Hal tersebut membuat pemerintah Kabupaten Bojonegoro bisa menghemat anggaran. Misalnya dengan aplikasi Lapor untuk warga yang hendak mengeluhkan layanan. Pemerintah dari dinas terkait pun bakal merespon keluhan tersebut.

"(Pegawai pemerintah) bisa takut dengan open data, sebab IT kan nggak bisa bohong, beda dengan catatan manusia. Karenanya, jika statistik ditunjukkan secara terbuka itu akan lebih enak," katanya.

Fiber Optik
Untuk memudahkan infrastruktur internet, Bojonegoro juga telah membangun jaringan fiber optik dengan anggaran Rp 7,5 miliar beberapa tahun lalu.

Karenanya, 53 aplikasi yang ada di Bojonegoro bisa diintegrasikan dengan baik karena sudah ada ekosistem yang mendukungnya. Berkat ini pula, di Bojonegoro kini banyak anak muda yang memanfaatkan IT untuk berbisnis.

"Bayangkan jika tidak menerapkan open data, kami tak bisa mengetahui kapan akan banjir, bank dunia juga tak mungkin ikut serta, produksi pertanian tidak akan naik. Jadi IT bukan hanya untuk gaya-gayaan, tetapi karena benar kebutuhan untuk diambil manfaatnya," kata Kang Yoto. 

(Tin/Cas)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini