Sukses

Penggunaan VR Akan Jadi Tren Baru Belajar-Mengajar di Kelas

Pemanfaatan Virtual Reality (VR) diprediksi menjadi tren pada kehidupan sehari-hari, termasuk di dunia pengajaran dan pendidikan.

Liputan6.com, Bandung - Pemanfaatan Virtual Reality (VR) akan terus berkembang dan diprediksi menjadi tren pada kehidupan sehari-hari, termasuk di dunia pengajaran dan pendidikan.

Jurnalis J Hius, Senior Engineer Software & Websites DevelopmentLabtech International Ltd, perusahaan spesialis pembuat aplikasi VR untuk pendidikan mengatakan sudah saatnya Indonesia juga memanfaatkan teknologi canggih untuk proses belajar lebih baik di kelas.

"Malaysia mulai Januari 2017 akan mengintegrasikan computational thinking pada kurikulum di level SD dan SMP. Jadi, mereka akan memanfaatkan teknologi pada setiap pelajaran yang disampaikan guru kepada muridnya. Sejak lima tahun terakhir, peralihan obyek pendidikan 2D ke 3D kian marak," katanya kepada tim Tekno Liputan6.com, Selasa (30/08/2016).

Menurunya, VR bisa menjadi tren karena penggunaannya berhadapan dengan objek yang bersifat maya tetapi seolah nyata, bisa berinteraksi, serta dapat melakukan aktivitas sama berulang-ulang tanpa takut objek di dalam dunia VR rusak.

Di perguruan tinggi negara maju, teknologi ini sudah banyak digunakan pada sistem kedokteran untuk mempelajari anatomi tubuh manusia secara virtual sehingga tak perlu membeli perangkat lebih mahal.

Di sisi lain, dari sisi perangkat, sudah banyak pasokan perangkat VR. Misalnya Google dengan VR Cardboard, Samsung (VRGear), Sony (Morpheus), Facebook (Oculus Rift), dst, sehingga harganya kian terjangkau.

"Di dunia pendidikan, VR semakin berkembang karena sifatnya non-fisik, pengadaannya bisa lebih murah dalam satuan proyek. Bahan ajar yang bersifat digital, terutama pada pelajaran teknik, sainstek dapat membantu pelajar memahami suatu objek tanpa perlu membeli dan memegang alat tersebut," katanya.

enior Engineer Software & Websites Development Labtech International, Jurnalis J Hius dan peranti buatannya yang berbasis zSpace Technology untuk keperluan pendidikan vokasional.
Ia menambahkan, dalam proses pembuatannya, obyek VR dimodelkan terlebih dahulu menggunakan software Blender untuk kemudian diintegrasikan ke dalam game engine Unity untuk dibuatkan simulasi pembelajarannya.

Jadi, modeler dan programmer memproduksi konten digital sesuai kebutuhan pendidikan terutama level vokasional.

"Kami memerlukan komputer super canggih dengan graphic card dan processor yang mumpuni. Konten VR akan dibangun pada spesifikasi minimum komputer standar sehingga dapat dijalankan dan aman di semua komputer dengan spesifikasi standar di sekolah maupun kampus," pungkasnya.

(Msu/Cas)



* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini