Sukses

Belanja ICT Indonesia Diprediksi Tembus Rp 239 Triliun Tahun Ini

Liputan6.com, Jakarta - Belanja sektor Information and Communications Technology (ICT) Indonesia pada tahun ini, diprediksi akan mencapai Rp 339 triliun. Jumlahnya naik dari realisasi belanja ICT pada tahun lalu yaitu Rp 320 triliun.

Daftar "Top 5 Agents of Change" belanja ICT pada tahun ini terdiri dari devices sebesar Rp 92 Triuliun, IT services Rp 18 triliun, software Rp 9 triliun, mobile data Rp 112 triliun, dan mobile voice Rp 62 triliun. Jadi totalnya, belanja IT diprediksi tembus Rp 293 triliun. 

"2017 akan menjadi momentum di beberapa industri, mulai dari hardware hingga services. Misalnya saja services yang akan terus tumbuh, bahkan menjadi kunci pendorong untuk belanja IT," jelas Head of Consulting Department IDC Indonesia, Mevira Munindra yang ditemui Tekno Liputan6.com, Rabu (18/1/2017) di Jakarta.

Mevira melanjutkan, belanja ICT pada 2020 akan menjadi Rp 394 triliun. Daftar "Top 5 Agents of Change" untuk 2020 adalah devices Rp 106 triliun, IT services Rp 29 triliun, software Rp 12 triliun, mobile data Rp 137 Trilium, dan mobile voices Rp 59 triliun.

Untuk belanja IT sendiri, ada tiga top sektor yang akan tumbuh yaitu perbankan, manufaktur, dan ritel. Sektor perbankan akan tumbuh 7,49 persen, manufaktur 4,62 persen dan ritel 20,37 persen.

"Dengan pertumbuhan ini, maka industri dituntut untuk terus berinovasi menjadi perusahaan yang berbasis teknologi seperti mengotomatisasi proses bisnis, tapi infrastruktur IT yang ada harus tetap dijalankan kalau memang itu baik bagi perusahaan," tutur Mevira.

Lebih lanjut, Mevira juga menekankan bahwa transformasi digiatal akan mencapai skala ekonomi makro dalam kurun waktu dua hingga tiga tahun ke depan.

Pada periode itu, perusahaan diharapkan dapat mengubah cara beroperasi dan membentuk kembali ekonomi global yang kemudian disebut dengan munculnya "Ekonomi DX".

"Ketika transformasi digital mencapai tingkat ekonomi makro, ekonomi DX akan muncul dan menjadi inti dari pekerjaan para pemimpin industri. Pada dasarnya, setiap perusahaan berkembang harus menjadi 'digital native' dalam hal berpikir dan bertindak saat ekonomi DX muncul pada 2017," jelasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Prediksi IDC mengenai ICT di Indonesia

Berdasarkan data IDC, ada 10 hal yang akan terjadi pada 2017 hingga 2020 dan memberikan dampak besar bagi perusahaan di Indonesia:

1. Pada 2019, 50 persen perusahaan TI di Indonesia akan mengembangkan layanan customer-facing dan ecosystem-facing baru untuk memenuhi kebutuhan bisnis transofrmasi digital.

2. Paada 2018, kurangnya visi, kredibilitas atau kemampuan untuk mempengaruhi akan menghalangi sebagian besar atau 80 persen eksekutif TI untuk mencapai peran kepemimpinan dalam transformasi digital perusahaan.

3. Pada 2020, perusahaan Indonesia akan memanfaatkan open innovations untuk mengalokasikan keahlian para 15 persen proyek baru, dengan tujuan meningkatkan kesuksesan penganalan produk baru mereka hingga lebih dari 50 persen.

4. Pada 2020, hampir 20 persen proses operasional akan menjadi self-healing dan self-learning, untuk meminimalisir kebutuhan campur tangan atau penyesuaian dari manusia.

5. Pada 2018, brand ambassar online dan para influencer media sosial akan lebih memiliki kekuasaan pemasaran daripada iklan digital tradisional. Namun hal ini akan berkurang pada 2019 dan seterusnya.

6. Pada 2019, investasi transformasi digital akan naik dua kali lipat, mengurangi modal toko dan mengubah indsutri ritel secara mendalam.

7. Pada 2019, hanya 30 persen perusahaan manufaktur yang berinvestasi pada transformasi digital akan bisa memaksimalkan hasil yang didapat, sedangkan sisanya akan terhambat oleh bisnis mobile dan teknologi lama.

8. Pada 2019, adopsi cloud akan mengurangi pengeluaran infrastruktur sebesar 25 persen di antara bank-bank terkemuka.

9. Pada 2019, 20 persen dari pemerintah lokal dan daerah akan menggunakan Internet of Things (IoT) untuk mengubah infrastruktur seperti jalan raya dan rambu lalu lintas menjadi aset daripada kewajiban.

10. Pada 2017, 90 persen kota di Indonesia akan gagal memanfaatkan data smart city atau kota pintar dan aset digital. Hal ini disebabkan kurangnya proses, manajemen proyek, dan keterampilan manajemen perubahan.

(Din/Isk)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini