Sukses

Pengguna Smartfren Pulau Jawa Belum Bisa Move On dari CDMA

Meski Smartfren tengah fokus dengan 4G, rupanya jaringan CDMA miliknya masih tetap digunakan sebagian pengguna.

Liputan6.com, Jakarta - Bicara soal siapa yang paling 'agresif' menggeber teknologi 4G LTE, Smartfren boleh dibilang sebagai salah satunya. Tercatat, jaringan 4G LTE Advanced milik operator seluler yang identik dengan warna merah itu sudah ada di 200 kota di Indonesia. Smartfren mengklaim teknologinya sudah 100 persen diadopsi pengguna.

Meski fokus dengan 4G, rupanya jaringan CDMA miliknya masih tetap digunakan sebagian pengguna. Diakui Derrick Surya, VP Brand & Marketing Communication Smartfren Telecom, pengguna Smartfren di luar Jawa sudah migrasi ke 4G LTE secara utuh, sedangkan pengguna CDMA kebanyakan masih berpusat di pulau Jawa.

"Kira-kira ada 10 persen pengguna CDMA di Jawa," kata Derrick ketika ditemui Tekno Liputan6.com usai acara peluncuran perangkat Andromax terbaru di Exodus Jakarta, Rabu (25/1/2017).

Kendati begitu, Derrick mengungkap bahwa Smartfren tak akan menutup CDMA begitu saja. Ia akan terus mempertahankan CDMA sampai akhirnya pelanggan di jaringan itu sudah tak ada lagi.

"Ya kita ambil contoh, di luar negeri itu kan sudah banyak operator yang beralih ke new technology. Tapi ternyata masih ada pengguna yang memakai jaringan lama. Mereka nunggu semuanya habis dulu. Kira-kira yang kita lakukan persis seperti itu," tuturnya.

Ia juga mengumbar, jumlah pengguna 4G LTE Smartfren mengalami pertumbuhan yang signifikan. Dari total 11,5 juta pelanggan, 4,5 jutanya diklaim sebagai pengguna 4G LTE per kuartal III 2016. Selain itu, dari 11,5 juta pelanggan Smartfren, 75 persennya menggunakan modem MiFi.

Derrick membenarkan bahwa bisnis Smartfren masih mengandalkan layanan pada modem MiFi, mengingat harganya terjangkau. Meski begitu, Smartfren berencana untuk menge-grab segmen handset open market dengan menjual kartu perdana karena lebih besar pada tahun ini.

"Kami ingin grab handset open market dengan menekan volume MiFi yang tadinya 75 persen ke 60 persen. Jadi bisa meningkatkan volume handset open market," papar Derrick.

"Sekarang untuk open market masih di bawah 20 persen, ditingkatkannya tergantung sih ya. Selain bundling dengan beberapa vendor, kita juga ingin menggarap pelanggan di luar Smartfren agar beralih menggunakan Smartfren," pungkasnya.

(Jek/Cas)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini