Sukses

Daphnis, Bulan Saturnus yang Anggun nan Misterius

Meski tidak 'setenar' bulan milik Saturnus lainnya, Daphis diklaim punya karakteristik yang paling unik.

Liputan6.com, California - Selain meneliti Pan, bulan mini milik Saturnus yang mirip makanan khas Italia, NASA juga menggali informasi Daphnis. Ia adalah bulan terkecil Saturnus yang terletak di antara cincin planet.

Badan Antariksa Amerika Serikat tersebut belum pernah menguak informasi seputar Daphnis. Pada kesempatan kali inilah, mereka akhirnya baru bisa mengambil foto Daphnis dari dekat, via pesawat luar angkasa Cassini.

Dilansir Space, Jumat (17/3/2017), Daphnis terletak di wilayah cincin Saturnus yang disebut “Keeler Gap”. Karena bulan ini memiliki pengaruh gravitasi yang besar, pergerakannya mengakibatkan gelombang di wilayah ‘Ring A’ Saturnus.

Daphnis yang selama ini dikenal sebagai bulan misterius Saturnus, perlahan mulai dipelajari tim ilmuwan NASA. Terungkap, dia hanya memiliki luas sekitar 5 mil (8 kilometer).

Meski tergolong kecil, gaya gravitasi Daphnis dinilai cukup besar akibat posisinya berada di antara partikel cincin Saturnus.

“Karena posisinya diapit garis cincin, Daphnis mengakibatkan gelombang yang bergesek dengan partikel cincin. Sehingga jika dilihat dari dekat, garis cincin wilayah Ring A tidak lurus dan bentuknya bergelombang,” kata NASA dalam keterangan resminya.

Foto Daphnis tersebut diambil dari kamera Cassini dengan teknologi visible light dari ketinggian 17.000 mil (28.000 kilometer) di atas Saturnus.

Misi NASA untuk mengkaji Saturnus telah dilakukan sejak lama. Cassini diketahui sudah 'melanglang buana' di planet cincin selama lebih dari satu dekade. Pada tahun ini, Cassini memasuki masa terakhir beroperasi.

Dalam fase terakhirnya, Cassini akan menghadapi risiko cukup berbahaya. Pasalnya, ia harus 'bergerak' cepat di antara atmosfer cincin dan Saturnus, demi mengumpulkan data penting terkait berapa usia cincin dan komposisi dari atmosfer planet. Nanti, ia akan 'meledakkan' dirinya di dalam atmosfer planet.

"Meski ini merupakan tugas terakhir Cassini, kami anggap ini sebagai misi baru," kata kepala ilmuwan Cassini di NASA Jet Propulsion Laboratory, Linda Spilker.

"Kami menerbangkan sebuah pesawat eksplorasi ke tempat yang belum pernah dijamah. Ketika ia terbang ke tempat yang baru, sudah jadi kewajiban baginya untuk menemukan hal yang menakjubkan," ia melanjutkan.

Puncak eksplorasi Cassini telah terjadi pada 29 November 2016, ia mengorbit sebuah wilayah yang disebut "F-Ring" usai mengorbit Saturnus sebanyak 22 kali.

(Jek/Ysl)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini