Sukses

4 Hal tentang Keamanan Siber, Fakta atau Mitos?

Banyak yang mengira, email sangat aman, benarkah demikian? Berikut adalah 4 hal yang dianggap sebagai mitos dalam keamanan siber. Apa saja?

Liputan6.com, Jakarta - Bicara soal keamanan siber di dunia online dan perlindungan terhadap data-data kita, ahli keamanan seringkali menyarankan untuk menggunakan kombinasi sandi yang rumit serta jangan membuka laman-laman situs yang tidak jelas dan tidak terpercaya.

Meski begitu, sebuah laporan terbaru dari lembaga riset Amerika Serikat Pew Research mengungkap sejumlah hal yang selama ini sering disalahpahami tentang keamanan siber, seperti dikutip dari CNN Money, Kamis (6/4/2017).

1. Email Selalu Aman?

Menurut hasil riset, 46 persen mengatakan email tak selalu terenkripsi. Disebutkan, enkripsi hanya memastikan agar pengirim dan penerima email dapat mengakses isi email tersebut.

Meski sejumlah penyedia email seperti Google dan Yahoo melakukan enkripsi terhadap email penggunanya, sifatnya tak universal. Diketahui, sejumlah penyedia email memperingatkan pengguna kalau mereka tak mengenkripsi email. Contoh ini bisa dilihat dari peringatan yang diberikan oleh Gmail saat penggunanya hendak mengirim atau menerima email dari sumber yang tak aman.

Nah, jika khawatir email kamu tak terenkripsi, ada baiknya untuk mulai beralih ke Gmail atau Yahoo Mail yang memang layanannya sudah terenkripsi secara default.

2. Private Browsing Selalu Bersifat Pribadi?

Berselancar dalam mode pribadi (atau Incognito) bisa mencegah browser seperti Chrome, Firefox, atau Safari mengumpulkan data aktivitas penggunanya. Sayangnya, hal tersebut ternyata tak mencegah penyedia layanan internet seperti Comcast untuk memantau aktivitas kamu.

Dari responden yang disurvei, hanya ada 39 persen yang mengetahui perusahaan broadband dapat melihat aktivitas online kamu, bahkan saat kamu berselancar dengan mode Incognito sekalipun.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Mematikan GPS Menghindari Pelacakan Lokasi

3. Jika Sudah Mematikan GPS Tak Ada yang Bisa Melacak Kita?

Setengah responden yang disurvei ternyata meyakini mematikan GPS bisa menghindarkan pengguna dari aktivitas pelacakan. Ternyata mematikan GPS tak berarti kita jadi tak terlacak, sebab layanan lokasi yang tertanam di smartphone masih bisa diketahui.

Pew Research mencatat, ponsel pengguna yang terhubung dengan koneksi menara BTS serta WiFi juga bisa dilacak. Artinya, saat smartphone terhubung dengan sinyal, keberadaannya pun bisa diketahui.

aplikasi berbasis gps. ilustrasi: freepik

4. Cukupkah Password Melindungi Data Kita?

Kombinasi sandi yang rumit memang sangat baik. Kendati begitu, ahli keamanan merekomendasikan pengguna untuk menerapkan two-factor authentication untuk keamanan akun kamu.

Artinya, pengguna harus memiliki second login seperti kode yang dikirimkan penyedia laman ke nomor telepon kita (biasanya melalui SMS) untuk bisa sign in ke sebuah akun. Hal ini dipercaya mampu menghindarkan peretas membobol akun, meski hacker tersebut mengetahui password kita.

Menakutkan bukan? Untungnya Pew Research mengungkapkan bahwa banyak orang sudah mulai menggunakan kata sandi yang rumit. Misalnya memasukkan huruf, angka, atau simbol yang sifatnya random. Selain itu, pengguna juga harus sadar bahwa Wi-Fi gratisan tak aman untuk berbagai aktivitas seperti belanja online dan melakukan transaksi keuangan.

(Tin/Ysl)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini