Sukses

Studi: Media Sosial Tidak Sebabkan Polarisasi Pandangan Politik

Menurut peneliti Stanford, menyalahkan internet dan media sosial sebagai penyebab iklim politik yang panas saat ini adalah hal keliru.

Liputan6.com, Jakarta - Banyak pihak beranggapan media sosial menyebabkan polarisasi pandangan politik. Namun studi terbaru membantah hal tersebut.

Merujuk pada sebuah studi dari National Bureau of Economic Research, asumsi yang banyak dipercaya adalah media sosial seperti Facebook dan Twitter menciptakan "gelembung filter" yang memperkuat pandangan politik masyarakat. Sebagian besar memang sengaja diciptakan.

"Menyalahkan internet (sebagai penyebab) untuk iklim politik saat ini tidak didukung oleh bukti empiris," kata Levi Boxell, seorang peneliti Stanford dan penulis utama studi tersebut, sebagaimana dikutip dari Business Insider, Jumat (21/4/2017).

Boxell berujar bersama dengan rekan-rekannya, ia telah mencoba untuk mencari tahu seberapa besar polarisasi pandangan politik di masyarakat yang terbentuk oleh internet, khususnya media sosial.

Dalam prosesnya, mereka memelajari data dari American National Election Studies, yang memuat kumpulan survei yang dirilis kepada setiap pemilih di Amerika Serikat untuk mengukur sikap dan perilaku mereka terhadap berbagai isu.

Secara keseluruhan, Boxell dan timnya menemukan bahwa orang-orang yang paling mungkin menggunakan internet--mereka yang berusia antara 18 dan 39 tahun--justru paling tidak mungkin mengalami polarisasi pandangan politik. Sebaliknya, asumsi yang disebutkan di atas malah berlaku bagi orang-orang berusia 65 tahun dan lebih tua.

(Why/Ysl)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini