Sukses

Facebook dan Google Punya Cara Baru Basmi Hoax, Seperti Apa?

Liputan6.com, Jakarta - Peredaran berita yang tak terbukti kebenarannya alias hoax belakangan ini sungguh meresahkan. Apalagi seiring dengan mudahnya akses internet dan masifnya pemakaian media sosial.

Raksasa internet Google dan jejaring sosial Facebook-pun dituntut untuk membantu meredam hoax yang beredar melalui platform keduanya. Lalu, apa langkah terbaru dari kedua perusahaan teknologi Amerika Serikat ini untuk mengatasi peredaran hoax?

Sebagaimana Tekno Liputan6.com kutip dari Ubergizmo, Rabu (27/4/2017), Facebook bakal memaksimalkan kemampuan "Related Articles" atau artikel terkait yang sebelumnya sudah dirilis pada 2013 lalu.

Sekadar mengingatkan, Related Articles membantu pengguna menemukan artikel berita yang dianggap memiliki topik menarik bagi pengguna tersebut. Artikel terkait ditampilkan pada News Feed setelah pengguna membaca sebuah artikel.

Baru-baru ini, jejaring sosial yang dipakai lebih dari 1 miliar pengguna itu sedang menguji coba versi terbaru dari fitur artikel terkait. Facebook akan menampilkan beberapa tautan artikel berita dengan topik yang sama agar bisa dipakai untuk mengecek keabsahan sebuah berita. Tautan-tautan artikel ini bakal ditempatkan di bawah berita yang sedang dibaca pengguna.

Pada tes ini, tautan artikel ditempatkan sebelum pengguna membaca sebuah artikel dan tidak seperti sekarang, sehingga pengguna bisa memilah sumber berita mana yang akan dibacanya.

Upaya ini dilakukan untuk membuat pengguna bisa mendapatkan informasi tambahan terkait satu berita. Pengguna juga bisa mendapatkan berita dari berbagai sudt pandang yang mungkin terlewatkan jika Facebook tak menyediakan tautan terkait artikel tersebut.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Cara Google Meminimalisasi Hoax

Google

Sementara itu, Google mengumumkan beberapa perubahan pada hasil pencarian. Tujuannya sama, yakni meredam beredarnya hoax dan konten-konten tak pantas serta menyediakan konten dari sumber yang terpercaya.

Caranya dengan penggunaan algoritma berbeda dari sebelumnya. "Algoritma kami membantu mengidentifikasi sumber-sumber berita terpercaya dari ratusan miliar situs yang terdaftar di indeks kami," demikian pernyataan Google dalam blog-nya.

Disebutkan pula, dari sekian banyak konten di Google, sekitar 0,25 persennya merupakan konten tak pantas dan hoax dan itu bukanlah konten yang diinginkan pengguna.

Kantor pusat Google. Foto: Digital Trends

Untuk itu Google sudah memiliki petugas evaluator yang mengevaluasi hasil pencarian Google dan memberikan umpan balik. Penilaian tak ditentukan oleh peringkat web, tetapi dari kualitas hasil pencarian.

Sebelumnya, Google telah memperbarui Search Quality Rater Guidelines yang menghadirkan berbagai contoh laman web dengan kualitas rendah dan bisa dikategorikan sebagai berita palsu maupun mengandung konten tak pantas.

Selain itu, Google juga menggabungkan ratusan tanda untuk menentukan hasil pencarian yang terpercaya. Misalnya unsur kebaruan konten hingga seberapa banyak perintah pencarian pengguna muncul di laman.

"Kami menyesuaikan berbagai hal untuk membantu menghadirkan hasil pencarian berupa laman terpercaya serta meminalisasi laman dengan konten negatif. Laman yang menyajikan konten hoax bisa berkurang," demikian tulis Google dalam laman blog-nya.

(Tin/Cas)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini