Sukses

Bos Google Undang Anak SMA Ini ke Google I/O, Ada Apa?

Seorang siswa SMA diundang ke Google I/O oleh bos Google lantaran berhasil membuat aplikasi pendeteksi kanker payudara.

Liputan6.com, Jakarta - Salah satu hal yang dipercayai semua orang di Silicon Valley adalah semua orang mengembangkan sesuatu yang dapat mengubah dunia. Kenyataannya lebih dari dua juta aplikasi di toko aplikasi tak benar-benar mengubah dunia. Meski begitu, seringkali ada anak-anak muda yang mempelajari teknologi terbaru dan belajar membuat sesuatu yang bikin orang berdecak kagum.

Salah satu contohnya adalah seorang anak SMA bernama Abu. Mengutip laporan Business Insider, Sabtu (19/5/2017), ia membuat sebuah aplikasi yang menerapkan machine learning untuk mendeteksi kanker payudara dari mamogram.

Abu dan keluarganya merupakan imigran dari Afghanistan yang datang ke Amerika Serikat saat Abu masih kecil. "Tak mudah untuk masuk ke Amerika Serikat. Satu-satunya alasan kami bisa masuk ke AS waktu itu hanya karena ada orang-orang yang masih menunjukkan kebaikan," kata Abu.

Dari situlah ia belajar. Saat seseorang membantu orang lain, kebaikan itu selalu kembali pada diri sendiri.

Tak disangka, raksasa internet Google tertarik dengan aplikasi yang dibuat Abu. Hal ini terbukti dengan undangan personal CEO Google Sundar Pichai kepada Abu untuk ikut serta dalam konferensi pengembang Google I/O pada Rabu waktu AS. Saat Pichai membuka konferensi tersebut, sebuah video diputar menampilkan kisah Abu.

Ketika Abu baru masuk SMA, ia duduk di depan komputernya dan menemukan kata yang tak diketahuinya, "machine learning". Ia pun mulai menemukan arti machine leaning, sebuah teknologi yang mengajari komputer untuk melihat pola-pola dan membuat prediksi. Abu sangat terpesona dengan potensi machine learning.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Belajar Otodidak

Machine Learning. (Doc: Techcrunch)

Selanjutnya, ia mendapatkan sebuah tugas di kelas programming untuk membuat sebuah proyek yang memperlihatkan bagaimana teknologi bisa memecahkan sebuah masalah.

Ia bermaksud menggunakan machine learning untuk melakukan suatu hal yang bisa membantu orang lain. Ia pun ambisius untuk mendiagnosis kanker payudara. "Semua siswa mengembangkan sebuah kalender," tutur Abu.

Sayang, sang guru malah menolak gagasan tersebut karena tak ingin siswanya membuat gagasan yang terlalu tinggi dan rumit. Namun, Abu tetap melakukannya, ia menghabiskan waktu berjam-jam untuk mempelajari bagaimana caranya koding lewat video di laman berbagi. Ia juga mempelajari berbagai hal mengenai teknologi machine learning Google bernama Tensorflow.

Ia pun sukses mengembangkan aplikasi yang diinginkannya. Apakah aplikasi itu dipakai atau tidak oleh para dokter, itu bukan hal penting bagi Abu. Namun fakta bahwa Google memberi perhatian pada aplikasi besutan Abu, tentu bukanlah hal kecil.

Google juga sebenarnya sudah mulai mengerjakan proyek serupa. Bulan lalu, para peneliti Google sukses menguji coba sistem yang sama dengan yang dibesut Abu pada aplikasinya.

(Tin/Ysl)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.