Sukses

Dituding Jadi Biang WannaCry, Korea Utara: Itu Konyol

Korea Utara menganggap tudingan bahwa negaranya jadi biang keladi di balik serangan WannaCry adalah hal konyol.

Liputan6.com, Jakarta - Perwakilan utusan Korea Utara di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Kim In Ryong menyebutkan sangat konyol menghubungkan serangan ransomware jenis WannaCry yang terjadi di seluruh dunia dengan negaranya.

Ransomware WannaCry dilaporkan telah menginfeksi lebih dari 300 ribu komputer di 150 negara. WannaCry mengunci data dan file yang ada di komputer korbannya, kemudian meminta tebusan dalam bentuk mata uang Bitcoin kepada korban.

Pelaku serangan WannaCry memberikan waktu seminggu bagi korban jika ingin datanya kembali dengan selamat.

"Terkait dengan serangan siber, menghubungkannya dengan Korea Utara adalah hal yang konyol," kata Kim sebagaimana Tekno Liputan6.com kutip dari Reuters, Minggu (21/5/2017).

Kim mengungkapkan hal tersebut saat dikonfirmasi apakah Korea Utara memang terkait dengan serangan siber WannaCry atau kejahatan siber terhadap PBB. Kim berpendapat, sangat tak pantas mengaitkan berbagai hal buruk dengan Korea Utara.

"Saat berbagai hal yang aneh terjadi, sangat tak adil jika Amerika Serikat dan pihak lain yang anti-Korea Utara mengaitkan bahkan menuduh pelakunya adalah negara kami," katanya.

Sebelumnya, perusahaan keamanan siber terkemuka Symantec dan Kaspersky Lab menyebut, petunjuk teknis mengenai asal WannaCry mengarahkan mereka ke kelompok hacker Lazarus. Para peneliti dari berbagai perusahaan keamanan telah mengidentifikasi kelompok Lazarus adalah hacker yang beroperasi di Korea Utara.

Sekadar informasi, seorang juru bicara Italia di PBB memberikan sanksi melalui komite pemberi sanksi kepada Korea Utara, UN Security Council North Korea, mengatakan seorang anggota komite yang memantau pelanggaran sanksi telah jadi korban serangan hacker. Sayangnya, tak diketahui lebih lanjut tentang hacker dan siapa yang mungkin berada di baliknya.

UN Security Council pertama kalinya memberi sanksi pada Korea Utara pada 2006 dan terus melakukan pengawasan, terutama terkait berbagai uji coba nuklir di negara Kim Jong-un itu.

(Tin/Ysl)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.