Sukses

Duh, Instagram Paling Sering Digunakan untuk Cyberbullying

Survei mencatat, Instagram jadi media sosial yang paling banyak digunakan untuk melakukan cyberbullying.

Liputan6.com, California - Cyberbullying (perundungan yang dilakukan online) kini bisa terjadi di platform mana saja, tak terkecuali Instagram. Mirisnya, media sosial (medsos) berbagi foto dan video itu malah diklaim menjadi yang paling sering digunakan untuk cyberbullying.

Dalam survei terbaru yang dilakukan lembaga anti-bullying Ditch the Label, satu dari tiga pengguna yang disurvei takut menggunakan medsos karena cyberbullying, sedangkan 69 persen lainnya mengaku pernah melakukan tindakan perundungan terhadap temannya di medsos.

Dampak dari cyberbullying yang dilakukan Instagram, menurut Ditch the Label, cukup berpotensi merusak perkembangan psikologis penggunanya. Sebab, salah satu "alat" yang digunakan si pem-bully adalah kolom komentar.

"Pengguna lain tentu bisa melihat apa yang dikatakan pem-bully di kolom komentar itu. Ini jelas bisa menyebabkan kecemasan berkelanjutan, parahnya lagi bisa depresi," ujar Liam Hackett, CEO Ditch the Label sebagaimana dikutip Mirror pada Jumat (21/7/2017).

"Cyberbullying tak hanya mengganggu kondisi psikologis pengguna, tetapi juga bisa merusak identitas, perilaku, bahkan karakter dari pengguna itu sendiri," tuturnya menambahkan.

Lebih lanjut, survei juga mengungkap tujuh dari sepuluh pengguna menganggap medsos bukan menjadi alat yang tepat untuk melawan cybe bullying.

Karena itu, lembaga berharap layanan medsos besar, seperti Google, Facebook, dan Twitter bisa berperan lebih untuk menyosialisasikan dampak dari cyberbullying, sebelum bisa menyebar lebih luas layaknya penyakit.

Sekadar informasi, cyberbullying kini jadi salah satu ancaman yang paling berbahaya bagi pengguna medsos anak-anak, remaja, hingga dewasa. Cyberbullying di internet memberi dampak yang serius terhadap emosional pengguna.

Berdasarkan laporan, 37 persen orangtua korban, anak-anak mereka memiliki kepercayaan diri yang rendah (30%) dan depresi (20%) karena sering di-bully. Sebanyak 25 persen orangtua korban menyebut, cyberbullying mengganggu pola tidur sekaligus menyebabkan mimpi buruk (21%).

Sementara itu, 26 persen orangtua korban sadar, anak-anaknya mulai menghindari kontak dengan anak-anak lain. Terparah, cyberbullying juga bisa menyebabkan anak-anak mengidap anoreksia (20%).

Hasil penelitian juga menunjukkan, anak-anak sering menyembunyikan insiden cyberbullying dari orangtua mereka. Hal ini tentu menyulitkan bagi orangtua untuk melindungi anak-anaknya.

(Jek/Cas)

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.