Sukses

Ciptakan Bahasa Sendiri, Facebook Bunuh Kecerdasan Buatannya

Meski dinilai cerdas, cara bot kecerdasan buatan yang menciptakan bahasanya sendiri dianggap Facebook cukup berisiko.

Liputan6.com, Menlo Park - "Aku bisa, bisa, aku, aku, segalanya," kata Bob, salah satu bot kecerdasan buatan yang diciptakan Facebook.

"Bola-bola punya kosong kepadaku kepadaku kepadaku kepadaku kepadaku kepadaku kepadaku kepadaku," timpal Alice, bot lawan Bob. Keduanya bersahut-sahutan dengan kalimat aneh yang tidak dapat diinterpretasikan oleh manusia.

Tercengang dengan kelakukan dua bot-nya itu, Facebook akhirnya terpaksa menghentikan kecerdasan buatan (AI, Artificial Intelligence) besutannya, karena 'bekerja' lebih cerdas dari yang diperkirakan.

Kecerdasan buatannya tersebut diketahui bisa menciptakan bahasa yang bahkan tidak dapat dimengerti manusia. Bahasa terdiri dari susunan kalimat kode yang diprediksi hanya bisa digunakan untuk 'berkomunikasi' sesama kecerdasan buatan.

Seperti dilansir Fast Co. Design pada Senin (31/7/2017) awal mula Facebook mengetahui kelakuan aneh bot-nya tersebut terjadi saat mereka diminta untuk berlatih komunikasi agar bisa meningkatkan kemampuannya. Namun, yang terjadi malah kesalahan program yang membuatnya berbicara secara asal.

"Mereka tidak lagi menggunakan bahasa Inggris. Bot ini menjauh dari bahasa yang kita mengerti dan membentuk kode bahasa yang bisa mereka pahami," kata Dhruv Brata, peneliti Georgia Tech di Facebook AI Research (FAIR).

"Ya contohnya kalau mereka bilang 'the' selama lima kali, bisa jadi itu adalah permintaan untuk menyalin sebuah catatan selama lima kali. Tidak jauh berbeda dengan cara manusia membuat singkatan dalam berkomunikasi," tuturnya.

Meski cerdas, peneliti akhirnya memutuskan untuk melenyapkan Bob dan Alice. Pasalnya, mereka ingin menciptakan kecerdasan buatan yang bisa berbahasa sesuai dengan bahasa manusia.

Gagasan Facebook menciptakan kecerdasan buatan yang bisa dipakai manusia sejalan dengan apa yang dilakukan Microsoft, Google, Amazon, dan Apple. Mereka memang ingin membuat kecerdasan buatan yang dapat dikonsumsi manusia.

"Jika kami biarkan, ini tentu bisa berisiko. Sebab, tidak ada pembicara bilingual yang mengerti bahasa kecerdasan buatan. Saat ini saja, kita sudah sulit mengerti sulitnya cara berpikir mereka. Maka itu, adanya komunikasi antara kecerdasan buatan satu dan yang lainnya justru akan merumitkan komunikasi," pungkas Brata.

(Jek/Cas)

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.