Sukses

Solusi Keamanan Karya Mantan Petinggi SpaceX Hadir di Indonesia

Serangan malware yang kian ganas membuat solusi keamanan yang digunakan perusahaan saat ini pun harus ikut berkembang.

Liputan6.com, Jakarta - Serangan malware yang kian ganas membuat solusi keamanan yang digunakan perusahaan saat ini pun harus ikut berkembang. Namun tak sekadar berkembang, perusahaan harus memastikan penggunaan solusi yang tepat.

Menurut studi dari Ponemon Institute, serangan siber malware ternyata 81 persen berasal dari peramban. Karenanya, dengan memastikan akses peramban yang aman dapat membantu perusahaan terhindar dari serangan malware.

Untuk itu, PT Blur Power Technology memperkenalkan solusi keamanan terbaru dari Cyberinc. Selaku distributor, anak perusahaan Computrade Technology International (CTI Group) ini akan menghadirkan solusi bernama ISLA Web Malware Isolation System untuk pasar Indonesia.

Sekadar informasi, ISLA dikembangkan oleh mantan petinggi SpaceX, Branden Spikes. Tangan kanan Elon Musk ini memang dikenal telah lama berkecimpung di bidang keamanan siber.

Selepas dari SpaceX, Spikes kemudian mendirikan perusahaan sendiri bernama Spikes Security. Lalu pada 2012, perusahaan itu bergabung dengan Arionpro, salah satu divisi dari Cyberion dan menghadirkan ISLA sebagai salah satu solusi keamanan terkini.

“Indonesia merupakan salah satu pasar penting di bidang solusi keamanan, sebab menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan adaptasi dan penggunaan internet terpesat. Sayangnya, hal ini tidak diikuti dengan pengetahuan tentang pentingnya keamanan siber,” ujar Samir Shah, CEO Cyberinc, Selasa (1/8/2017) di Jakarta.

ISLA menawarkan solusi keamanan yang berbeda dari sistem tradisional saat ini. Menurut Shah, metode tradisional biasanya memilah jaringan berdasarkan keamanannya, seperti aman atau buruk. Akan tetapi, metode itu masih mungkin disusupi malware.

"Berbeda dari metode tradisional, ISLA menghadirkan lapisan perlindungan pada jaringan internet pengguna, dan menampilkan situs yang diakses via peramban dengan kode yang telah dirombak, tapi tidak mengubah tampilan dan pengalaman penggunaan," ujarnya menjelaskan.

Tak hanya dokumen dan teks, proses rendering ulang juga dilakukan pada video dan foto, melalui teknologi bernama Pixel. Teknologi ini diklaim lebih aman, sebab malware yang disisipkan pada situs tidak dapat memasuki jaringan.

Malware itu akan disimpan di wadah khusus yang akan dihancurkan secara berkala. Proses rendering ulang tersebut dilakukan secara real-time, sehingga memungkinkan pengguna menikmati penjelajahan peramban tanpa merasakan perbedaannya.

(Dam/Isk)

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.