Sukses

Pemerintah Produksi Pesawat Perintis Mulai 2013

Pesawat perintis bisa mendarat pada landasan sederhana paling tidak pada 2013. PT Dirgantara Indonesia bakali ditugasi membuat pesawat seharga sekitar US$ 3,8 juta itu.

Liputan6.com, Jakarta: Pemerintah menargetkan memroduksi prototipe pesawat perintis berkapasitas relatif kecil untuk menghubungkan daerah-daerah yang tidak bisa diakses jalur darat mulai 2013. "Saya sudah berkoordinasi dengan Bappenas, Kementerian Perhubungan, dan BPPT terkait produksi pesawat jenis N219 yang isinya 19 penumpang," kata Direktur Industri Maritim, Kedirgantaraan, dan Alat Pertahanan Kementerian Perindustrian Soerjono di Jakarta, baru-baru ini.

Pesawat tersebut, kata Soerjono, bisa mendarat pada landasan sederhana paling tidak pada 2013. Untuk itu, besar kemungkinan PT Dirgantara Indonesia ditugasi membangun dua unit pesawat jenis berharga sekitar US$ 3,8 juta per unit tiga tahun mendatang.

Menurut Soerjono, pemerintah sekurang-kurangnya harus mengucurkan modal awal sebesar US$ 40 juta untuk produksi awal pesawat yang dirancang mengangkut orang dan barang tersebut. "Kalau menurut PT DI, untuk mencapai BEP (break even point) harus menjual 27 pesawat. Modalnya sekitar US$ 250 juta. Tapi untuk modal dasar pembangunan butuh US$ 40 juta," katanya.

Pemerintah, lanjut Soerjono, juga akan menyiapkan skema subsidi untuk operasi pesawat-pesawat penumpang berkapasitas kecil itu di daerah yang belum terakses moda transportasi darat dan laut. "Mungkin nanti akan ada subsidi untuk tiket atau avtur," katanya.

Soerjono berharap pemerintah daerah dan maskapai penerbangan membeli pesawat-pesawat kecil produksi PT Dirgantara Indonesia tersebut. Selanjutnya pesawat tersebut dioperasikan ke daerah-daerah yang membutuhkan. Kegiatan tersebut untuk meningkatkan keterhubungan antarwilayah dan memicu pertumbuhan ekonomi daerah yang sebelumnya terasing karena keterbatasan akses transportasi.

"Pemerintah mendorong ini karena jumlah pesawat yang beroperasi ke daerah-daerah yang ada di Papua, Sulawesi, dan Sumatra cenderung makin sedikit. Padahal masyarakat di daerah sana sangat membutuhkan," ungkap Soerjono.(Ant/ULF)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.