Sukses

Astronom Temukan Exoplanet Terpanas 2.000 Derajat Celsius

Lokasi exoplanet tersebut cukup jauh dari Bumi, tepatnya 1.000 tahun cahaya. Apa yang membuatnya menjadi terpanas di Tata Surya?

Liputan6.com, California - Ada banyak exoplanet (planet asing) yang ditemukan astronom di luar angkasa. Terbaru adalah exoplanet bernama WASP-19b, ditemukan kelompok peneliti di European Southern Observatory (ESO). Jaraknya cukup jauh dari Bumi, kira-kira 1.000 tahun cahaya.

Berbeda dengan exoplanet yang lain, WASP-19b terbilang memiliki karakter cukup unik dan 'buas'. Sebab, kandungan atmosfernya berisikan titanium dioksida.

Akibatnya, suhu atmosfer exoplanet ini menjadi panas. Bahkan, ESO memprediksi ini adalah exoplanet paling panas dengan suhu mencapai 2.000 derajat Celsius!

Berdasarkan informasi yang dilansir laman Discover, Rabu (20/9/2017), astronom bisa mengetahui suhu planet karena melakukan metode observasi yang dilakukan lewat perangkat Very Large Telescope (VLT).

Dengan cara ini, mereka bisa 'mengintip' tampilan lebih detail--seperti susunan suhu dan tekanan udara--dalam komposisi atmosfer WASP-19b.

Mirip Jupiter

Setelah meneliti WASP-19b lebih dekat, astronom menilai exoplanet ini memiliki karakteristik yang mirip dengan Jupiter. Mereka juga menyebut WASP-19b dengan nama "Hot Jupiter".

Ukurannya sangat besar, kira-kira sebesar Jupiter. Walau begitu, orbit exoplanet tersebut lebih singkat (19 hari) karena begitu dekat dengan bintang induknya.

"Selain kandungan atmosfer, yang membuatnya panas juga karena posisi exoplanet yang dekat dengan bintang induk," ujar tim peneliti ESO.

"Kami menduga atmosfer WASP-19b memiliki titanium oksida karena ada cahaya yang menembusnya. Biasanya, kandungan ini ditemukan di atmosfer bintang bersuhu dingin," lanjutnya.

Walau titanium oksida bisa menyebabkan WASP-19b panas, exoplanet itu sendiri sebetulnya bisa 'menyerap' panas dan tidak membiarkan pendaran suhu ekstrem semakin meluas.

Menariknya lagi, para astronom meyakini WASP-19b juga memiliki kandungan selain titanium oksida. Adapun kandungan lain yang diyakini muncul di dalam atmosfer seperti sodium dan air.

Untuk meneliti kandungan lebih lanjut, astronom mengaku harus membutuhkan teknologi analisis yang canggih. Mereka pun harus menggunakan algoritma yang mampu mendeteksi jutaan spektrum dalam kandungan atmosfer, seperti komposisi kimia, suhu, dan juga awan.

Metode tersebut biasanya digunakan untuk mendeteksi kandungan atmosfer planet pada umumnya. Cara ini pun bisa digunakan untuk mendeteksi kandungan seperti logam atau senyawa dalam golongan yang sama.

(Jek/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.