Sukses

4 Keunggulan Konsep Smart Office yang Bakal Mendunia

Dell mengungkap ada 4 nilai unggul Smart Office yang harus diperhatikan industri perkantoran. Keempatnya bahkan bakal menjadi tren global.

Liputan6.com, Jakarta - Meski belum diadopsi industri perkantoran, konsep smart office diprediksi bakal menjadi tren.

Hal ini terbukti dari laporan Dell and Intel Future Workforce Study 2016, yang mengungkap hampir separuh pekerja (45 persen) di wilayah Asia Pasifik dan Jepang (APJ) berharap dalam lima tahun ke depan, mereka dapat bekerja di sebuah smart office yang menawarkan Internet of Things (IoT) dan berbagai teknologi lainnya.

Gelombang teknologi baru yang bakal menunjang konsep smart office salah satunya adalah teknologi berbasis kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).

Bagaimana pun, konsep canggih ini masih membuat para pekerja khawatir. Akan tetapi, sebagian besar justru sangat mengharapkan teknologi mengambil peran yang lebih besar di tempat kerja.

Dell juga melaporkan, sekitar 42 persen generasi milenial di wilayah APJ menyatakan, mereka tidak ragu mundur dari pekerjaannya jika fasilitas teknologi yang disediakan perusahaan tak memenuhi standar.

Meski terkesan ironis mengingat dampak kecerdasan buatan kepada para pekerja, perusahaan punya dua pilihan, yakni menyediakan lingkungan smart office atau mengambil risiko kehilangan karyawan terbaiknya.

Commercial CSG Director Dell Indonesia Primawan Badri mengungkap, ada empat keunggulan smart office yang mau tak mau harus diperhatikan industri perkantoran. Apa saja? Merangkum keterangan resmi Dell pada Selasa (10/10/2017), berikut daftarnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Smart Office Mencerdaskan Pekerja

23 persen kalangan pekerja khawatir mereka akan digantikan kecerdasan buatan. Namun, satu dari lima responden (21 persen) di APJ menyatakan, mereka berharap dapat menggunakan teknologi berbasis AR/VR (Augmented Reality/Virtual Reality) untuk memperkaya keterampilannya.

Jumlah responden yang sama (21 persen) menyatakan, visualisasi 3D melalui AR/VR bisa membantu mereka mendapatkan ide-ide baru atau menyelesaikan masalah yang ada.

Ambil contoh, Upskill (APX Labs) yang mengembangkan teknologi wearable software yang dapat digunakan para pekerja untuk mendapatkan instruksi awal, validasi instan dari tindakan yang mereka lakukan, dan kemampuan interaksi data penghemat waktu lainnya saat mereka bekerja.

Mayoritas responden di APJ pun sepakat kecerdasan buatan dapat mempermudah pekerjaan mereka, sedangkan solusi-solusi pemeliharaan prediktif berbasis IoT dapat mengatasi tantangan operasional, seperti masalah downtime yang mendadak terjadi, efektivitas seluruh peralatan yang digunakan, dan pengembalian aset (return of assets).

Sudah menjadi tugas departemen/bagian TI untuk mengeksplorasi teknologi yang dapat membantu para pekerja lebih fokus pada pekerjaan yang memberi nilai tambah bagi perusahaan, daripada berkutat dengan pekerjaan administratif di setiap departemen.

Misalnya, sektor manufaktur yang proses produksinya semakin kompleks. Kondisi ini membutuhkan karyawan dengan 'skill set' khusus di setiap departemen/bagian.

Bagian TI harus dapat menghadirkan sistem 'kolaborasi' yang efektif dan efisien agar masing-masing departemen tidak tumpang-tindih dalam mengerjakan proses produksi dari hulu ke hilir.

3 dari 5 halaman

Smart Office Jadi Ekosistem yang Sangat Terintegrasi

Lebih dari sepertiga pekerja sangat antusias dengan kesempatan memanfaatkan teknologi Internet of Things atau IoT.

Mereka bisa terhubung dengan berbagai perangkat secara nirkabel dan menganalisis data secara real time. Ambil contoh salah satu perusahaan inovatif, Comfy, menggunakan IoT untuk menghubungkan karyawan secara langsung ke sistem sirkulasi udara yang ada di gedung.

Para pekerja dapat 'memilih' pengaturan suhu di area kerja mereka di gedung tersebut. Gagasan penggunaan IoT untuk menyesuaikan ruang kerja sesuai keinginan masing-masing individu adalah prospek yang menarik bagi banyak orang dan juga dapat membantu mengurangi konsumsi energi bagi perusahaan.

IoT kini juga semakin populer di Indonesia seiring semakin banyaknya inisiatif smart city di berbagai kota di Indonesia.

4 dari 5 halaman

Smart Office Dukung Kerja Remote

Studi Dell Technologies lainnya tentang Workforce Transformation menemukan, lebih dari separuh perusahaan di kawasan APJ berharap mendapatkan dukungan TI remote yang lebih mumpuni.

Pasalnya, banyak karyawan di wilayah ini yang ingin bekerja dari berbagai lokasi dan menggunakan beberapa perangkat berbeda, kemampuan berbagi dokumen secara aman, dan kolaborasi lancar yang dapat menggantikan kebutuhan komunikasi tatap muka di masa depan.

Di Indonesia, IDC menyatakan, sekitar 27 persen organisasi di Indonesia sudah mengimplementasikan tren mobility dengan memanfaatkan aplikasi mobile.

5 dari 5 halaman

Smart Office Menjaga Keamanan Pekerja

Meningkatnya jumlah perangkat yang digunakan pekerja menjadi sumber utama masalah keamanan bagi dua pertiga (71 persen) perusahaan-perusahaan di APJ.

Serangan ransomware baru-baru ini seperti WannaCry menunjukkan bahwa perangkat endpoint adalah 'mata rantai' terlemah dalam sistem jaringan sebuah perusahaan.

Menggunakan perangkat-perangkat terbaru yang memiliki teknologi keamanan lebih canggih merupakan salah satu cara perusahaan dapat memastikan keamanan yang lebih baik bagi para karyawannya, tanpa menghambat produktivitas mereka.

Global State of Information Security Survey 2017 yang diterbitkan PricewaterhouseCooper (PwC) bekerja sama dengan majalah CIO dan CSO, menegaskan bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia telah memutakhirkan praktik keamanan siber mereka dengan 38 presen responden menyatakan telah melakukan investasi untuk meningkatkan keamanan infrastruktur.

Namun, perusahaan tetap menghadapi tantangan, meski semua teknologi baru terus masuk. Para pekerja mengatakan, hal terbaik yang bisa dilakukan perusahaan untuk meningkatkan produktivitas mereka adalah memastikan teknologi yang ditawarkan dapat berfungsi secara efisien.

Pemborosan waktu terbesar selama bekerja adalah program software dan perangkat yang lambat atau sering mengalami glitch, bukan rapat atau percakapan basa-basi.

(Jek/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.