Sukses

Boneka Pintar Jadi 'Barang Haram' di Jerman

Apa alasan regulator Jerman melarang konsumen membeli boneka pintar, adakah bahaya tersembunyi yang mengintai anak-anak?

Liputan6.com, Berlin - Pemerintah Jerman tak cuma melarang smartwatch digunakan anak-anak, boneka pintar pun juga kena imbasnya. Apa yang menjadi alasan pihak Jerman menjadikan boneka pintar sebagai 'barang haram' bagi anak-anak?

Usut punya usut, regulator telekomunikasi Jerman Federal Network Agency ternyata mengklaim boneka anak-anak yang dijual di Jerman--khususnya bagi anak-anak berusia 5-12 tahun--berbahaya karena dapat menjadi 'alat' mata-mata hacker.

Boneka pintar sendiri adalah mainan boneka yang dilengkapi dengan teknologi Bluetooth dan bisa digunakan anak-anak untuk merekam suara. Mereka juga dibekali kecerdasan buatan agar bisa merespons dialog.

Di Jerman, boneka pintar yang paling populer adalah My Friend Cayla. Ditengarai, boneka tersebut berpotensi menjadi perangkat mata-mata hacker karena mereka memanfaatkan teknologi transmisi radio.

Menurut laporan Federal Network Agency yang dilansir Mashable pada Senin (20/11/2017), para hacker ternyata telah mengakses, mencuri email dan password pengguna dari database My Friend Cayla sejak awal 2017.  Selain itu, mereka juga menyimpan rekaman suara anak-anak saat sedang berbicara dengan boneka.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

CloudPets Jadi Senjata Hacker

Selain My Friend Cayla, boneka pintar lain yang dilarang juga termasuk CloudPets. Nahas, CloudPets dilaporkan telah membocorkan sebanyak 2 juta pesan suara antara sang anak dan orangtua kepada para hacker.

Parahnya lagi, data pengguna boneka tersebut tidak diamankan oleh perusahaan pembesut boneka, yaitu Spiral Toys. Tercatat, ada sekitar 820 ribu data pengguna yang dicuri.

Pakar keamanan Troy Hunt sangat menyayangkan hal ini sebab Spiral Toys benar-benar tidak menyiapkan langkah keamanan yang tegas untuk mengenkripsi data pribadi pengguna boneka.

"Dalam kasus ini, data yang disimpan ternyata ada di dalam segmen network publik. Spiral Toys tidak mengetahui jaringan itu tak aman dan tidak membutuhkan otentikasi sama sekali. Jadinya, orang-orang bisa mencari database yang terekspos secara online di jaringan tersebut," kata Hunt.

(Jek/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.