Sukses

Apple Besut iPhone dan MacBook dari Bahan Daur Ulang

Berkomitmen ramah lingkungan, di masa yang akan datang Apple berencana membesut iPhone dan MacBook dari bahan daur ulang.

Liputan6.com, Jakarta - Apple ingin semua produk besutannya menjadi produk ramah lingkungan. Perusahaan yang bermarkas di Cupertino, California, AS itu juga terus meningkatkan kebijakannya terkait lingkungan.

Sejauh ini, Apple terus mengumumkan kemajuan manufaktur yang memiliki dampak minimal terhadap lingkungan. Bahkan, perusahaan juga telah memiliki tim yang terus berupaya mengurangi polusi dan meningkatkan proses daur ulang.

Mengutip BGR, Jumat (24/11/2017), dalam wawancara terbarunya, Apple menyebutkan rencananya memproduksi produk populer seperti iPhone dan MacBook menggunakan bahan daur ulang serta material bioplastik.

"Yang kami lakukan adalah menggunakan material hasil daur ulang untuk membuat produk atau material yang dapat diperbarui," kata Vice President of Environment, Policy, and Social Initiative Lisa Jackson kepada News.com.au.

Dia menambahkan, sejauh ini di antara vendor teknologi, hanya Apple perusahaan yang menjalankan komitmen penggunaan bahan daur ulang untuk manufaktur produk.

"Banyak yang berkata tentang proses daur ulang elektronik, tapi bahan daur ulang tersebut belum tentu dipakai dalam memproduksi barang elektronik baru," kata Jackson.

Salah satu hambatan dari program ramah lingkungan ini adalah kesulitan mengumpulkan perangkat-perangkat Apple yang telah dijual (untuk didaur ulang). Masalahnya jumlah perangkat yang telah dijual dan tersebar di pasaran sangatlah banyak.

"Namun perusahaan berkomitmen untuk berhenti menambang bumi (setop menggunakan material yang tak bisa diperbarui)," ujar Jackson.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Setop Pakai Mineral yang Ditambang dengan Tangan Kosong

ilustrasi: iPhone X (Sumber Foto: Business Insider)

Adapun laporan dari Amnesty International memuji Apple sebagai pemimpin dalam industri, dalam hal ini terkait dengan penggunaan material daur ulang.

Sekadar diketahui, sejauh ini mineral banyak digunakan pada baterai. Sementara, baterai digunakan setiap hari oleh manusia di berbagai perangkat.

Adapun, mineral tersebut paling banyak berasal dari Republik Demokratik Kongo. Negara tersebut diketahui memproduksi lebih dari setengah permintaan mineral yang dibutuhkan oleh industri.

Kendati demikian, kondisi kerja di sana sangat berbahaya, misalnya penambangan mineral dilakukan dengan tangan kosong dan tidak jarang hal tersebut dikerjakan anak-anak.

Awal tahun 2017, Apple berkomitmen untuk menghentikan penggunaan mineral kobalt yang ditambang menggunakan tangan kosong di Kongo.

(Tin/)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.