Sukses

Viral, Video Beruang Kurus Kelaparan Bikin Hati Terenyuh

Liputan6.com, Kepulauan Baffin. Kanada - Kondisi iklim yang kian memburuk akibat pemanasan global ternyata juga berdampak pada makhluk hidup dan lingkungan di Kutub Utara dan sekitarnya.

Salah satu peristiwa viral yang cukup menyita mata publik adalah sebuah video yang memperlihatkan seekor beruang kutub yang kurus kering di sebuah wilayah utara Kanada.

Menurut informasi yang dilansir Peta Pixel pada Selasa (12/12/2017), video tersebut diabadikan oleh seorang jurnalis National Geographic Paul Nicklen, yang mengunjungi kepulauan Baffin di Kanada beberapa waktu lalu. Video berdurasi 1 menit 7 detik tersebut diunggah olehnya pada 5 Desember 2017.

Video menayangkan si beruang kutub berjalan lemas mencari makanan, bahkan ke tempat sampah. Yang lebih memilukan lagi, beruang tersebut akhirnya terbaring lemas karena tidak dapat menemukan makanan.

Nicklen mengatakan, fenomena pilu ini adalah konsekuensi dari pemanasan global yang bisa saja menyebabkan kepunahan makhluk-makhluk di Bumi. Ia juga mengaku, fakta yang ia saksikan adalah peristiwa paling menyedihkan di sepanjang kariernya.

"Saya sudah menyaksikan lebih dari 3.000 beruang di alam liar selama saya menjadi seorang fotografer. Dan (beruang kutub) yang satu inilah yang paling membuat saya terenyuh. Ini adalah dampak sesungguhnya dari pemanasan global," kata Nicklen.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dampak Pemanasan Global

Penelitian terbaru tentang efek pemanasan global baru-baru ini juga dirilis oleh NASA. Penelitian itu memperlihatkan hasil studi tentang kenaikan tinggi permukaan air laut di Bumi akibat efek pemanasan global.

Berdasarkan informasi yang dilansir The Guardian, studi tersebut menunjukkan bahwa tinggi permukaan air laut mengalami kenaikan setinggi delapan sentimeter sejak 1992.

Jika ke depannya iklim Bumi semakin tidak stabil akibat efek pemanasan global, permukaan air laut akan semakin tinggi dan menyebabkan sebagian besar permukaan tanah di Bumi tenggelam.

Sebelumnya, para peneliti memperkirakan kenaikan berkisar antara 0,3 hingga 0,9 sentimeter sampai 100 tahun mendatang. Namun, NASA menampik prediksi para ilmuwan tersebut dengan hasil studinya yang baru saja diumumkan baru-baru ini.

"Kenaikan permukaan air laut lebih cepat dan lebih besar dari prediksi 50 tahun lalu. Bisa saja hal ini akan bertambah buruk," jelas pakar Associate Professor Colorado Center for Astrodynamics Research (CCAR) NASA, Steve Nerem.

Kenyataannya, tingkat kenaikan air laut memang berbeda-beda di beberapa wilayah dan mengalami kenaikan air laut sehingga penurunan permukaan tanah terjadi.

Kenaikan permukaan air laut disebabkan oleh suhu perairan yang cenderung memanas. Hampir setengah dari jumlah bongkahan es raksasa di dunia meleleh akibat hal itu.

(Jek/Isk)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.