Sukses

Kemkominfo Siap Operasikan Mesin Pengais Konten Negatif Awal 2018

Pemenang tender mesin pengais konten negatif PT INTI menyerahterimakan mesin AIS kepada Kemkominfo dan siap beroperasi awal 2018.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) telah melakukan serah terima mesin pengais (crawling) konten negatif dari PT INTI, Jumat, 29 Desember 2017.

Sebelum diserahterimakan kepada Kemkominfo, mesin crawling tersebut telah diuji coba selama beberapa hari terakhir dan siap untuk segera diaktifkan awal 2018.

"Sejak kemarin mesin crawling atau mesin pengais konten negatif atau dinamakan AIS ini telah berfungsi. Malam ini saya mengecek. Dengan Mesin AIS ini maka kita mendapatkan kecepatan dan volume yang besar dalam mengecek mana-mana konten negatif. Kemampuannya memberikan dokumentasi yang baik," papar Rudiantara melalui keterangan tertulis yang diterima Tekno Liputan6.com, Sabtu (30/12/2017).

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Semuel Abrijani Pangerapan menjelaskan, melalui uji coba diketahui kecepatan mesin AIS dalam mencari situs porno jauh lebih cepat dibandingkan sebelumnya.

Pria yang karib disapa Semmy ini menjelaskan, mesin AIS ini bekerja sangat efektif dalam mencari konten negatif kemudian mengidentifikasi masuk ke kategori mana konten negatif tersebut.

Dikatakannya pula, suatu konten negatif dapat dilihat langsung seberapa besar pengaruhnya terhadap dunia siber.

"Awal tahun 2018 mesin AIS akan diaktifkan untuk melakukan pencarian konten-konten negatif. Sekali mengais, mesin ini dapat memberikan hasil berupa jutaan URL atau tautan yang bisa langsung diklasifikasi," tutur Semmy.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

120 Ribu Situs Porno Terjaring

Semmy menambahkan, selama tiga hari diuji coba, mesin AIS telah mampu mendeteksi 120 ribu situs porno dari Indonesia.

"Dalam tiga hari ini, mesin ini mampu mendeteksi sekitar 120 ribu situs porno dari Indonesia, itu hasil dari 1,2 juta alamat internet yang di-crawling. Bayangkan sementara yang berjalan dalam beberapa tahun ini kami baru menapis 700 ribu lebih situs porno," ujar Semmy.

Tak hanya oleh Kemkominfo, menurut Semmy, mesin AIS juga bisa dimanfaatkan oleh lembaga-lembaga pengatur sektor dalam mendukung pelaksanaan tugasnya.

"Bukan hanya Kominfo, bisa dikoordinasikan dengan BNPT untuk mencari konten berbau teroris, dengan OJK konten investasi bodong, obat-obat yang tidak berizin dengan BPPOM, penjualan narkoba melalui internet dengan BNN, bukan hanya untuk kebutuhan Kominfo," kata Semmy.

3 dari 3 halaman

Dilelang dengan Nilai Lebih dari Rp 194 Miliar

Untuk informasi, pengadaan mesin sensor AIS dilelang dengan nilai tender hingga lebih dari Rp 194 miliar dan dimenangi oleh PT Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI).

Sistem ini bekerja dengan cara menjelajahi (crawling) konten dengan membaca dan mengambil atau menarik konten negatif yang sesuai dengan kriteria pencarian. Hasil crawling setelahnya akan disimpan dalam penyimpanan yang dilakukan analisis lebih mendalam dengan metode tertentu.

Hasil output dari deteksi konten nanti bisa berupa domain, sub-domain, dan URL. Output kemudian akan melakukan verifikasi dan validasi sampai akhirnya mencapai pengambilan keputusan.

Nantinya, mesin ini akan ditempatkan di lantai 8 Gedung Kemkominfo Jakarta. Di tempat itu juga akan ada ruang kontrol berupa kaca besar mirip laboratorium.

Sementara, jumlah orang yang mengendalikan mesin AIS diperkirakan mencapai 58 orang dari Kemkominfo.

(Tin/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.